Judul Buku : Aku Belajar Tapi Gak Sekolah
Penulis : Klub Oase Teens
Penerbit : Halaman Moeka
Jumlah Hal : 311
Cerdas !
Itulah pemikiran awal saat membaca buku ini. Siapapun penggagas atas pembuatan buku antalogi ini, idenya cemerlang. Buku ini ditulis oleh anak-anak rentang usia 10th-17th. Mereka semua adalah praktisi homeschooling. Ada yang menjalani Homeschooling (HS) baru dua tahun, bahkan ada juga yang seumur hidupnya belum pernah sekolah formal.
Buku ini berkisah tentang cerita 20 anak homeschooler. Ada 5 BAB dalam buku ini :
- Ini Awalnya
- Hari-Hari Anak Homeschooler
- Terlalu Sering Ditanyakan : Sosialisasi
- The Rollercoaster
- Dua Puluh Tahun dari Sekarang
Mereka memulai kisah mereka bagaimana akhirnya mereka menjadi anak Homeschooler. Ternyata ada anak yang memilih homeschooling atas pilihan pribadi bahkan ketika orangtuanya tidak siap menjadi HS.
Berbagai macam polemik dihadapi oleh anak Homeschooling. Jika selama ini orang tua yang berperan dalam menjawab semua isu miring tentang HS, menjelaskan keberadaan HS bahkan meyakinkan keluarga besar atas pilihan HS sekarang dibalik. Anak menjelaskan dan menghadapi sendiri setiap pertanyaan yang ditujukan kepada mereka.
Siapa sangka ternyata mereka pun merasakan kejenuhan atas setiap pertanyaan yang hampir itu-itu saja. Bahkan ada anak yang ingin merekam jawaban atas setiap pertanyaan yang dilontarkan kepada mereka. Pertanyaan yang sama, namun ditanyakan oleh orang yang berbeda dan itu berulang. Sungguh menyebalkan ! Saya tau itu anak-anak. hahahaha
Tapi jangan salah, mesti tidak sekolah, aku tetap berkegiatan, jalan-jalan dan yang jelas, bahagia !-Syauqi, 11th-
Kehidupan anak-anak ini justru lebih berwarna. Mereka dibebaskan untuk memilih ingin belajar apa, dimana, dengan siapa bahkan bagaimana posisinya mereka sepenuhnya menentukan. Siapa sangka, ternyata aktifitas mereka padat. Bahkan hingga tengah malam.
Saya dibuat kembali terpesona saat mereka mendapat tantangan mendapatkan uang 25jt guna membiayai perjalanan mereka. Ternyata langkah mereka cukup berani. Mereka membuat event besar untuk pengumpulan modal dan itu sukses. Pernah dengar Oase Festival ? Nah mereka inilah panitianya.
Tentang Penulis
Saat membaca tulisan ini saya agak terkejut. Anak-anak ini berani dalam pemilihan kata dan kritis. Bahkan analogi yang mereka gambarkan sangat dekat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya analogi tentang upil. Mungkin ini adalah salah satu efek cara belajar mereka. Belajar langsung dari kehidupan nyata membuat tulisan mereka berani dan lugas.
Aku bingung, mengapa aku harus belajar semua ini. Apa manfaat mengetahui syarat-syarat menjadi anggota DPR untuk anak 11 tahun ?-Syauqi 11th-
Saya merasakan anak-anak ini walau usianya kecil, pemikirannya cenderung matang. Bahkan ada bagian yang menyadarkan saya. Bahwa sekolah dan homeschooling bukanlah kompetisi. Tujuannya sama, hanya saja beda alur.
Bukan berarti aku menganggap sekolah buruk. Sama sekali bukan. Setiap orang berbeda. Ada yang cocok homeschooling ada juga yang akan cocok bersekolah.-Tata, 14th-
Tak melulu tentang kegiatan yang menyenangkan dan penuh keseruan. Adakalanya mereka merasakan kekhawatiran tentang kegiatannya, merasakan kejenuhan, dan terus mencari potensi diri. Tentu saja, tidak ada kegiatan yang 100% penuh kesenangan. Pasti ada saja hambatan dan kerikil tajam untuk meyakinkan kita atas sebuah pilihan.
Saya pun mengetahui, bagaimana anak introvert harus berjuang saat memulai sebuah pembicaraan, mendengarkan hatinya dan upayanya dalam membuka diri. Jika ia bersekolah, tentu menjadi pendiam adalah pilihan yang buruk.
Tidak semua anak ini memiliki kisah menyenangkan dimasa sekolahnya, ada yang beralih menjadi Homeschooler karena bullying. Jujur, saya sedih membaca bagian ini. Jika selama ini saya mendengar dari TV dan dari sudut pandang orang dewasa, disinilah mereka menuliskan cerita mereka sendiri.
Jangan lupa, follow jejaring sosial mereka. Saya agak terpesona saat anak-anak ini menggunakan instagram sebagai ajang memamerkan kreatifitas dan karya mereka. Bukan selfie apalagi kehidupan pribadinya. Memang beda !
Bagi Saya
Bagi saya buku ini adalah cerminan kelak saat anak-anak saya sudah memasuki dunia sekolah. Jika Khalid sudah paham, sudah memasuki dunia sekolah mungkin saya akan bersemangat mengajaknya berdiskusi tentang buku ini. " Nak ! ini teman-temanmu. Ini cerita mereka!" pasti akan dengan semangat saya utarakan kepada Khalid. Namun sayang, Khalid masih 3th. Saya harus menundanya untuk mengajak diskusi.
Melalui buku ini, saya juga belajar bagaimana orang tua mereka membesarkan mereka melalui pendapat mereka tentang orang tua. Bagaimana mereka memilih aktifitas bersama orang tua, apa saja yang dipelajari dan seberapa besar dukungan orang tuanya.
Oh iya, anak-anak ini tidak semua menulis dalam bahasa Indonesia. Ada beberapa bagian yang mereka tulis dalam bahasa Inggris.
Saran saya, dimulailah membaca buku ini dengan melihat profil mereka. Jadi saat membaca cerita mereka sudah terbayang wajah anaknya. hehehe
Rasanya lebih 'dapet' aja ceritanya saat mengetahui anak mana yang menulis. Bahkan saat saya mendengarkan podcast dari rumah inspirasi dan langsung menjerit gembira "Ah ! ini ibunya Ceca dan Syabil !"
Rasanya lebih klop saja mendengar cerita ibunya, dan membaca kisah anaknya. Walau podcast nya sudah jadul. Sudah berusia 3th namun masih relavan. Hahaha
Jika kamu minat Homeschooling atau bahkan praktisi homeschooling, maka membaca buku ini adalah cemilan sehat yang menyegarkan. Akhirnya, saya ingin menutup ulasan buku ini dengan mengutip salah satu tulisan dari anak-anak ini.
Menunjukkan kelemahan tidak membuatku kurang, tapi membuatku menjadi manusia-Adiva. 17th-
Salam,
Keren, jadi pengen beli juga, btw ig nya apa y makk???
ReplyDeletebeli mak ! keren !
DeleteMasyaallah, merinding baca reviewnya. Terima kasih sudah membuat ulasan buku ini Mbak. Semoga bisa mengambil hal-hal yang baik yang ditulis di sana. Salam
ReplyDeleteSalam kenal Mba Anne !
DeleteWah.
Aku seneng tulisanku dibaca langsung oleh salah satu mentor juru tulis Oase.
Pengen berguru langsung nih :)
Terima kasih mbak Desy untuk review-nya. Semoga cerita para remaja ini bisa menjadi inspirasi tentang dinamika anak-anak homeschooling, baik keberhasilan maupun segala kegalauannya
ReplyDeleteTerima Kasih, Mas Aar sudah berkunjung :)
DeleteKami sangat terinspirasi dengan oase