Monday, January 7, 2019

,

Babyblues ? Begini Cara Saya Mencegahnya



Hal terbaik yang bisa dilakukan saat babyblues menyerang adalah mengakui eksistensi sindrom ini. Sudah dua bulan saya menjadi Ibu dua anak. Namun rasanya adaptasi masih terus berlanjut. Kontrol emosi, merasa sibuk tiada henti, merasa semua pekerjaan menyerang dan menuntut untuk diselesaikan, ingin semua pekerjaan rumah terselesaikan sesuai ekspektasi dan yang paling buruk merasa tidak memiliki waktu.

Jika dipikir, saya merasa ini adalah manipulasi pikiran. Seandaikan dikerjakan satu per satu dan ditentukan prioritas mungkin bisa menjalani dengan lebih ringan. Namun sayang, saat terjadi kalut dan panik saya tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan emosi meledak dan lepas kontrol atasnya. Setelahnya menyesal ? Sudah Pasti !

Bagian beruntung yang amat saya syukuri adalah keberadaan suami yang sangat mendukung saya menghadapi segala ritme baru menjadi ibu dua anak. Suami pun sudah mempelajari tentang babyblues, jadi jika saya sudah menunjukkan gelagat buruk suami sudah bisa mengantisipasi. Seperti mengambil alih pekerjaan rumah, mengambil alih mengasuh anak dan membelikan saya cemilan kesukaan tidak lupa memijat untuk membantu merilekskan diri.

Lalu bagaimana agar Babyblues ini tidak semakin parah ? Atau kalau bisa dihindari sama sekali kehadirannya. Begini tips ala saya :
  1. Bagi Tugas
    Saat kelahiran anak pertama, kami masih menumpang di rumah orang tua. Jadi pembagian tugas kami adalah gantian begadang. Suami begadang sampai jam 1 malam, sedangkan saya tertidur lelap mengisi amunisi untuk kemudian lanjut begadang dari jam 1 hingga pagi ini. Pola ini sangat terbantu, saya memiliki waktu untuk tidur nyenyak tanpa memikirkan anak.

    Sedangkan saat anak kedua. Kami sudah tinggal sendiri. Pembagian tugas lebih kompleks. Suami mengambil alih pekerjaan rumah bahkan memasak. Saya fokus pada bayi dan menyusui. Abang Khalid, sepenuh menjadi tanggungjawab suami. Menyiapkan makan, memandikan, mengajak main. Semuanya dilakukan suami. Karena gerak saya terbatas. Bekas operasi masih nyeri.
  2. Akui Kelemahan
    Jangan mengerjakan segala hal sendiri. Kemampuan kita terbatas. Jika tidak sanggup menyetrikan, ya deligasikan pada tukang laundry. Jangan mengambil segala peran. Karena kalau kelelahan, kita berpotensi untuk tantrum. Hahahaha. Iya ! Tantrum bukan hanya milik anak. Jadi saya lebih senang mengeluarkan sedikit uang, namun jiwa dan tenaga saya tenang. Begitu pun untuk memasak, jika tidak mampu kita serahkan pada Gofood ! Pokoknya jangan Ngoyo ! walau dalam beberapa hal ngoyo ini bagus.
  3. Minta Bantuan Keluarga Besar
    Enaknya tinggal satu kota dengan orang tua adalah kita bisa berkunjung dan dikunjungi sewaktu-waktu. Memudahkan saat kita meminta bantuan menjaga anak, membantu masak dll. Kondisi ini tentu saat suami sudah bekerja kembali. Karena bagi saya, lebih leluasa dibantu oleh suami dari pada anggota keluarga lainnya. Merasa merepotkan.
  4. Sadari Peran
    Saat semuanya terasa berat, saya menangis. Membiarkan menangis dan "self talk" menurut saya mengurangi sedikit beban. Walau setelah saya renungi kalimat-kalimat yang saya lontarkan tidak beralasan. Peran sebagai ibu ini adalah kodrat sebagai wanita. Selain karena ini adalah tanggung jawab yang diberikan oleh Tuhan, pekerjaan ibu ini pahalanya setara dengan jihad. Saya berharap, setiap letih ini kelak menjadi saksi bahwa saya sudah pernah berjuang menjadi ibu. Berjuang mengemban amanah yang telah Allah berikan. Dan bersyukur diantara ribuan wanita, saya yang di pilih Allah untuk menjadi Ibu dari kedua anak saya. Sedangkan masih banyak wanita-wanita yang berharap mendapat kesempatan ini. Jadi peran kita MULIA buibu. Maka nikmatilah !
  5. Upayakan Menghadirkan Tuhan Dalam Setiap Aktifitas
    Terdengar klise bukan ? Namun bagi saya ini Ampuh ! Saya pernah menangis merasa semuanya serba sempit. Hingga saya mengirikan WA kepada suami "Aku mau Resign jadi IRT" saat menulis itu saya menangis. Saya baru saja melakukan hal buruk pada Khalid. Saya merasa buruk sekali. Merasa gagal menjadi ibu. Saya menangis lama sambil tetap mengerjakan pekerjaan rumah. Dan mengabaikan teriakan Khalid untuk meminta peluk. Saat anak-anak tertidur, saya mengamati wajah Khalid. Rasanya menyesal sekali telah berbuat buruk. Kemudian saya sholat dan setelah sholat saya paksakan diri untuk tetap bersimpuh sambil mengakui perbuatan buruk saya. Meminta maaf, meminta ampun dan memaafkan diri sendiri. Ada perasaan lega dan tekad baru untuk memperbaiki kesalahan. Maafkan Ibu, ya Naak.
Sesungguhnya tidak ada tips jitu yang tepat untuk diaplikasikan ke orang lain. Benar, kita mungkin menjalani kesulitan yang serupa, penyakit yang serupa, jumlah anak yang sama. Namun tidak ada formula tepat yang bisa digunakan bersamaan antar satu dengan yang lainnya. Mungkin ada Ibu yang setelah memiliki dua anak makin terpacu untuk memiliki anak kembali dalam waktu bersamaan, mungkin ada mereka yang terserang babyblues namun hanya menggunakan tips no satu, babybluesnya hilang lenyap tak bersisa. Mungkin ada pula yang sudah melakukan tips 5 diatas masih belum bisa menguasai diri dan masih berteman dengan babyblues. Semua mungkin terjadi. Namun apapun yang membuatmu sulit saat ini, yakinlah ini cara Tuhan berkomunikasi dengan mu.  Suatu saat kita akan menertawakan dengan penuh syukur telah melewati fase ini dalam hidup.
Semangat Mak !
Salam dari saya yang tidak jauh lebih baik dari kamu yang membaca tulisan ini.

Salam,

Share:

0 comments:

Post a Comment