Melahirkan selalu sulit. Semudah-mudahnya melahirkan tetap akan berat dijalani. Baik itu melalui persalinan pervaginam alias normal maupun sectio caesarea. Semuanya mempertaruhkan resiko nyawa. Bukan hanya proses melahirkan yang berat. Tugas baru menjadi ibu tak kalah berat. Jika persalinan memiliki masa genting hanya hitungan jam bahkan menit, maka proses amanah menjadi ibu baru itu terlaksana seumur hidup.
Badan sakit, jahitan perih, puting lecet, begadang, proses menyusui yang menyakitkan dan hormon yang tidak stabil adalah hal-hal yang akan ibu baru lalui setelah proses melahirkan terjadi.
Babyblues, sudah pernah mendengar nama ini ?
Babyblues adalah kondisi dimana seorang ibu mengalami gangguan mood yang parah dan bisa menyebabkan kematian yang tragis. Lebih buruknya jika didiamkan bisa menjalar menjadi depresi postpartum. Sama-sama mengerikan. Hanya saja tingkatannya berbeda. Ternyata 70-80% ibu baru melahirkan rentan terkena babyblues.
Bagaimana dengan saya ?
Iya. Saya mengalaminya. Hanya saja sewaktu anak pertama, saya tidak paham bahwa saya terkena babyblues. Tiba-tiba merasa khawatir berlebih tidak mampu mengasuh anak, tiba-tiba ketakutan akan masa depan anak yang buruk, kadang terlintas bagaimana jika anak meninggal karena sakit berat atau bagaimana jika saya yang meninggal. Bukan hanya ketakutan saja yang dialami saat baru menyandang status jadi ibu, kebencian pada bayi pun bisa hadir. Seperti kesal harus menyusui, benci tidur tidak bisa nyenyak karena tangisan anak, benci pada suami yang seolah tidak membantu dan bosan mendengar tangisan bayi.
Lalu bagaimana dengan hubungan keimanan seseorang dan babyblues ? Saya tidak mampu menjawab dengan pasti. Namun secara kondisi ruhiyah, ibu baru melahirkan akan sedikit terganggu interaksinya dengan Sang Pencipta. Ada Nifas selama 40 hari bahkan lebih yang membuat ia tidak bisa sholat, interaksi dengan Al-quran sedikit atau bahkan tidak sama sekali. Tentu hal ini mempengaruhi kebahagian bathinnya.
Kehamilan kedua ternyata lebih buruk dari pada kehamilan pertama. Saya harus diopname dua kali. Pertama trimester pertama, saat Ramadan dan kedua trimester terakhir yang berujung lahiran. Kondisi lahiran premature ternyata membuat saya sempat denial terhadap anak sendiri. Baby Ishaaq lahir dengan berat 2550gr dan panjang 44cm. Saya shock dan sulit percaya. Saya khawatir ia akan stunting atau perkembangannya tidak optimal. Jelas, perasaan saya tidak bahagia saat pertama kali melihat Baby Ishaaq. Saya menangis dan meratapi nasib. Perasaan sedih sekali. Terlebih sakit SC kedua ini benar-benar perih. Setelah 24jam pun saya masih kesulitan untuk menggerakkan badan karena sakit. Saat mencoba menyusui, puting kembali lecet. Duh, berat rasanya melahirkan dikehamilan kedua ini. Bahkan saya berdoa, semoga tidak ada teman yang menjenguk. Karena saya tidak ingin ditanya kondisi bayi dengan pertanyaan apapun.
Alhamdulillah,
Suami paham kondisi saya. Ia juga mengetahui tentang Babyblues. Maka sudah mengantisipasi dengan baik apa yang sedang saya jalani. Suami sangat mendengarkan keluh kesah, menenangkan dan memotivasi bahwa semuanya akan membaik. Beruntungnya tidak lama saya merasakan denial terhadap anak, karena setelah paham bahwa ia mampu berkembang optimal. Hari ketiga pasca melahirkan saya siap kembali berinteraksi dengan teman yang menjenguk.
Kemudian saya harus menghadapi kesedihan kembali saat Mama harus masuk rumah sakit tepat dua minggu setelah saya melahirkan. Radang Selaput Otak, mama terserang ini. Bahkan hingga detik ini sakit kepalanya masih sering kambuh. Saat mama di rumah sakit, saya sering tiba-tiba menangis, melamun dan tidak bergairah melakukan aktifitas apapun. Bahkan bangun tengah malam menyusui, saya sering terduduk diruang tamu sendirian sambil menyusui Ishaaq dan biasanya sulit tidur kembali. Karena setelahnya saya pasti menangis. Dan keesokkan harinya saya bangun siang. Beruntung, suami sudah mengambil alih seluruh pekerjaan. Bangun pagi kondisi rumah sudah rapi, bahkan kadang ia memasak atau membelikan buah dan cemilan. Entah bagaimana saya melalui hari-hari suram itu jika suami tidak pro-aktif membantu saya dalam menjalani peran sebagai ibu. Kalau mengingat kondisi ini, rasanya bersyukur sekali diberi Allah SWT suami yang pengertian seperti dia. Sungguh, saya tidak menyangka ia mampu melakukan pekerjaan rumah dengan baik. Jadi rasa haru saya berlipat-lipat, merasa dicintai dengan porsi lebih, merasa diperhatikan. Alhamdulillah.
Baca juga : Ishaaq Kebahagiaan dan Isak Tangis
Melihat perjuangan suami yang sudah total merawat saya, melihat mama yang rela bolak-balik dari rumahnya menuju rumah saya (Saat sebelum sakit), melihat dukungan keluarga besar yang begitu perhatian rasanya saya malu jika terus-menerus mempertahankan perasaan blue yang saya miliki. Akhirnya saya bertekad, apapun yang terjadi otak harus waras. Harus mencoba bahagia dengan melihat segala hal dari sisi positif. Karena keluarga besar dan suami sudah merawat dengan sangat baik, lalu apa alasan untuk tidak bersyukur dan bahagia ?
Perasaan itulah kemudian yang menggiring saya untuk bangkit dan tetap bahagia. Mood jelek itu imbasnya besar pada kehidupan berumah tangga. Suami menghadapi kita menjadi berat dan menjadi beban sedangkan anak kena getahnya diteriakin setiap melakukan sedikit saja perbuatan yang dianggap salah. Saya sering marah pada Khalid, yang kemudian berujung nangis terisak-isak hingga mata bengkak. Merasa sedih, Khalid harus menjadi nomor dua. Merasa sedih tidak bisa menggendong dia dan merasa buruk saat dia berkata "Kenapa Ibuk tidak mau gendong Khalid ?" sampai ia berdoa selepas sholat "Ya Alloh, sembuhkan perut ibuk biar ibuk bisa gendong Khalid lagi" Ya Alloh, mendengar itu saya sediiih sekali. Saya pun benci saat saya berteriak "Awas ! Adiknyaaa.." sedikit-sedikit mengatasnamakan adiknya. Rasanya itu tidak adil untuk Khalid namun tindakan itu terus berulang. Hingga ia berkata "Adik teruuuusss.."
Perasaan itulah kemudian yang menggiring saya untuk bangkit dan tetap bahagia. Mood jelek itu imbasnya besar pada kehidupan berumah tangga. Suami menghadapi kita menjadi berat dan menjadi beban sedangkan anak kena getahnya diteriakin setiap melakukan sedikit saja perbuatan yang dianggap salah. Saya sering marah pada Khalid, yang kemudian berujung nangis terisak-isak hingga mata bengkak. Merasa sedih, Khalid harus menjadi nomor dua. Merasa sedih tidak bisa menggendong dia dan merasa buruk saat dia berkata "Kenapa Ibuk tidak mau gendong Khalid ?" sampai ia berdoa selepas sholat "Ya Alloh, sembuhkan perut ibuk biar ibuk bisa gendong Khalid lagi" Ya Alloh, mendengar itu saya sediiih sekali. Saya pun benci saat saya berteriak "Awas ! Adiknyaaa.." sedikit-sedikit mengatasnamakan adiknya. Rasanya itu tidak adil untuk Khalid namun tindakan itu terus berulang. Hingga ia berkata "Adik teruuuusss.."
Jadi salah, jika orang berkata proses persalinan yang kedua selalu lebih mudah,
Kelahiran anak kedua ibu sudah berpengalaman,
Kelahiran anak kedua ibu sudah berpengalaman,
Anak kedua tidak akan terserang babyblues,
Anak kedua ibu lebih santai.
Anak kedua ibu lebih santai.
Karena bagi saya, setiap anak membawa pengalaman yang berbeda. Setiap anak memiliki takdir berbeda. Setiap anak membawa nyeri yang berbeda. Setiap anak memiliki cerita yang berbeda.
Ishaaq,
Maafkan tindakan awal Ibuk yang meragukan tumbuh kembangmu.
Alhamdulillah, kini usiamu 45 hari berat badanmu sudah 4.4kg dan tinggi 53cm.
Maafkan tindakan awal Ibuk yang meragukan tumbuh kembangmu.
Alhamdulillah, kini usiamu 45 hari berat badanmu sudah 4.4kg dan tinggi 53cm.
Alhamdulillah Ala Kulli Hal
"Segala Puji Hanya Milik Alloh Atas Setiap Keadaan"
Semangaaat selalu, ibukk.....
ReplyDeleteStay strong ya say. Tiap anak akan memberi pengalaman berbeda pada si ibu. Semua proses ada yang mudah dan sulit, seperti bunga yang tak selalu mekar pada saat bersamaan, proses yang menjadikan bunga itu Indah, sama halnya seperti anak. Semoga lelah dan ikhlas saat menjaga mereka berbuah Indah untuk masa mendatang. Aamiin.
ReplyDeleteBuat Khalid yang belum bisa digendong, peluk dan cium setiap hari buat si Abang supaya dia merasa dia bukan no 2kan. Ibuk pasti sayang semua anaknya.