Monday, December 17, 2018

Ishaaq, Kebahagiaan dan Isak Tangis



Berkisah, Saat Anak Sholih kedua, Ishaaq Al Kindi lahir.

Jumat, 2 November

Perut semakin sering kontraksi palsu. Usia kandungan belum genap 36 minggu. Kali ini disertai dengan nyeri dan lemas. Sudah menghubungi suami, langsung disarankan ke IGD BMC. Namun masih menunda. Berharap setelah istirahat mereda. Benar, setelah tidur siang perut dan tenaga lebih baik. Langsung menghubungi BMC untuk kontrol keesokan harinya.

Sebenarnya HPL yang diberikan dokter adalah 28 November. Namun kami sepakat untuk menjalani sectio caesarea alias SC pada tanggal 16 November. Dokter setuju, dijadwalkan kontrol kembali tanggal 10 November.

Sabtu, 3 November

Perasaan sedikit cemas, perut masih sering sakit. Menegang, nyeri dan kontraksi palsu. Hingga memasuki ruangan dokter, beliau langsung menyapa "Perutnya sakit, Des ?" padahal belum sepatah kata pun keluar dari mulutku. Ternyata dokter membaca dari raut wajah. Berbaring kemudian di USG, berat bayi sudah menunjukkan 2.7kg. Cukup untuk usianya yang sehari lagi genap 36 minggu. Dari hasil USG tidak ada hal yang aneh. semuanya normal. Namun perut nyeri, urin setiap pagi hampir satu minggu berwarna pink, dan seringnya kontraksi palsu muncul membuat dokter menyarankan untuk rawat inap. "Kita tenangkan dulu perutnya. Kita tahan kalau bisa sampai 2 minggu kedepan untuk menunggu organnya matang. Dalam kondisi seperti ini, tanggal yang sudah ditentukan tidak bisa menjadi patokan. Bisa maju dari tanggal 16 yang kita pilih" Saya dan suami hanya mengangguk dan pasrah. Tidak bisa diabaikan nyeri sekecil apapun, karena riwayat SC anak pertama yang saya lalui.

Minggu, 4 November

Minggu pagi optimis ingin segera pulang. Obat pematangan paru-paru sudah di suntik 4x. Menjaga mana tau anak harus segera dilahirkan jika ada kejadian buruk menimpa. Naudzubillah. Kontraksi dan nyeri sudah hilang. Rasanya ingin segera pulang dan semuanya terkendali. Namun siang hari merasakan gerakannya semakin melemah. Bahkan sangat jarang dirasakan. Sekali bergerak hanya seperti hentakan kaget itupun sangat pelan. Akhirnya diperiksa kondisi jantung bayi. Rekam jantung dan gerakannya. Hasilnya jantung bekerja dengan baik. Begitu pun gerakannya walau jarang namun masih batas normal.

Senin, 5 November

Jam 7 pagi bertemu dokter, di cek dengan teliti hasil tes darah, hasil uji urin, rekam jantung bayi dan USG. Kali ini USG lebih lama. Dokter ingin memastikan anak tidak terlilit tali pusar. Pagi ini masih optimis untuk pulang. Saat duduk dihadapan dokter, terlihat dokter diam sejenak dan berhati-hati dalam menyampaikan kalimat per kalimat. "Harus segera dioperasi, pilihannya hari ini atau besok" kami shock. Terlebih saya. "Fungsi ari-ari sudah menurun, dan ketubannya sudah berkurang. Dalam kondisi seperti ini, bayi lebih baik dikeluarkan dan dirawat diluar" ujar dokter yang hanya kami dengar tanpa perlawanan.

Sesampai di kamar, kami diskusi. Lebih baik SC hari ini dari pada menunggu esok. Lebih cepat SC, maka lebih cepat meninggalkan rumah sakit. Setelah memberitahu perawat bahwa siap di SC hari ini, maka dijadwalkan jam 3 sore tindakan akan dilakukan. Jangan tanya bagaimana perasaan saya. Perut kembali nyeri dan kontraksi muncul. Mungkin karena stress dan ketakutan yang saya rasakan. Membayangkan kembali ruang operasi, membayangkan jarum suntik anestesi mengenai tulang belakang, membayangkan perut kembali dibelah persis dibekas luka lama. Saya ngeri.

setelah menunggu 8 jam, waktu operasi segera datang. Dipersiapkan ganti ruangan. Ganti baju dan tidak boleh ditemani lebih dari 1 orang. Kali ini meminta dengan khusus untuk memanggil Khalid. Saya peluk Khalid dengan erat. Dan saya katakan bahwa adiknya akan segera lahir. Ibunya akan dioperasi dengan cara dibelah perutnya. Saya pangku, saya peluk. Sebagai anak pertama ia menyaksikan perjuangan ibunya hamil adiknya. Ia menemani sesekali menenangkan. "It's okay Ibuk, ada Khalid, ada Ayah. Kenapa Ibu Crying ?" Air mata semakin deras mengalir.

Memasuki ruang operasi, disapa dokter dan dipimpin berdoa. Diberitahu prosedur yang akan dijalani. Terdengar perawat menyebutkan aneka jenis gunting dan peralatan yang dibutuhkan. Mendengar itu semakin ngeri membayangkannya. Makin lama terasa semakin dingin. Lampu terasa menyilaukan. Saya pun berusaha menutup mata walau telinga masih aktif mendengar.

Kemudian terdengar suara tangisan bayi pecah. Air mata meleleh, tangisan menandakan kehidupan. Suster segera membisikkan "Selamat bu, anaknya lahir dengan selamat. Bayi Ibu laki-laki" Alhamdulillah, segala kemudahan yang Allah SWT berikan. Kemudian ia menyodorkan bayi baru lahir itu kewajah saya. "Ini Bu, anaknya"  Saya langsung shock. 

"Ya Alloh, kenapa kecil sekali ?" 

melihat bayi itu saya hanya bengong. Suster tidak yakin saya memperhatikan dengan baik. Disodorkannya kali kedua. Kali ini lebih dekat dan diciumkannya di bibir saya. Tercium bau harum yang belum pernah saya kenali. Wajahnya masih dipenuhi lemak. Matanya masih tertutup. Rasanya tidak mungkin bayi saya sekecil ini. Namun panggilan suster kembali menyadarkan "Ini bayi ibuk!" katanya agak keras sambil mendorongnya kearah bibir saya untuk saya cium. "Iya, Mba" jawab saya sekenanya. Untuk memberi isyarat bahwa saya sadar dan bisa melihat bayi itu.

Kemudian saya gusar, bagaimana mungkin bayi saya sekecil itu. Entah berapa berat dan panjangnya. Selama proses penyelesaian operasi, otak saya masih terbayang-bayang kecilnya bayi itu. Hingga keluar dari ruangan operasi, hanya itu yang saya pikirkan. Saat ciuman mama mendarat bertubi-tubi. Dan genggaman tangan suami menenangkan, saya bertanya berapa beratnya. "2550gr dan 44cm" jawab suami.

Saya langsung panik. Saya mempelajari stunting. Anak lahir dibawah panjang 48cm beresiko terkena stunting. Beratnya cukup, walau batas bawah dari berat aman. Tiba-tiba saya sesak napas. Berat sekali dada ini mau menarik napas. Suster langsung berdatangan memeriksa tensi dan jantung. Segera dipasang selang oksigen. Namun rasanya masih berat. Berat sekali, hingga saya hanya mendengar suara tarikan napas sendiri. Mungkin ini yang dinamakan kalut.
Air mata entah kenapa sulit berhenti. Saya tau, kondisi saya ini membuat mama saya panik. Tapi apa mau dikata, saya pun sulit mengontrol diri. Hingga perawat datang dan menjelaskan kondisi bayi saya aman dan wajar bagi bayi yang lahir kurang minggu. Saya lupa, bahwa Ishaaq lahir saat usianya memasuki 36 minggu. Harusnya batas aman ia dilahirkan adalah 38-40 Minggu. Harusnya perasaan denial ini tak perlu ada. Tak perlu ada penolakan. Wajar, karena dia seharusnya masih ada dirahim. Masih butuh memanjang dan menggemukkan badan.

---

Hari-hari saya lewati dengan perasaan meyakinkan diri, bahwa anak saya memang terlahir kecil dan itu wajar. Saya berusaha menerima dan berjuang menyusui yang ternyata lecet kembali. Perih saat memberikan ASI. Namun saya tertantang untuk menaikkan berat badannya. Sakit saya abaikan, asalkan Ishaaq bisa menyusu dan segara naik berat badan dan panjangnya.

Luka SC kedua ini terasa jauuuuh lebih sakit dari pada saat Khalid. SC pertama saya nyaris tak pernah merasakan nyeri. Namun yang kedua ini, bahkan saat di rumah sakit saya sudah minta obat anti nyerinya diberikan sesering mungkin. Karena setelah obat bius hilang, kaki mulai dapat digerakkan, nyeri juga datang. Apalagi setelah 24jam, perawat datang untuk memastikan saya bergerak, buka kateter, jalan tanpa bantuan selain tiang infus. Saya menangis pasrah. Nyerinya masih terasa, namun saya harus bisa berjalan. Hingga pulang dari rumah sakit, saya masih meringis kesakitan karena nyeri. Bahkan hingga satu minggu setelahnya. Nyeri masih terasa amat sakit.

---

Minggu, 18 November

Saya mendapat telp dari Adik saya, bahwa mama masuk rumah sakit. Ia dilarikan ke IGD karena terserang sakit kepala yang amat dahsyat. Mama meronta-ronta, menjerit, meraung karena sakit kepalanya. Obat penenang, pereda nyeri tidak bisa mengendalikan mama. Ia terus menjerit kesakitan. Bahkan berkali-kali kehilangan kesadaran.

Saya cemas, ketakutan. Saya tak ingin kehilangan mama. Jangan sekarang ya Alloh, Aku mohon. Kemudian saya nekat membawa Ishaaq ke rumah sakit. Bayi berumur dua minggu itu terpaksa saya bawa karena masih ASI. Ia saya tinggalkan dimusola rumah sakit bersama Ayahnya. Khawatir jika dibawa masuk akan terkontaminasi penyakit. Daya tahan tubuhnya masih lemah.

Menyaksikan mama kesakitan, sungguh terasa amaat menyakitkan. Rasanya saya lebih siap menerima sakit nyeri akibat SC daripada menyaksikan mama kesakitan. Dada terasa sakiit, hati rasanya tidak terima. Bagaimana membantu mama untuk meringankan sakitnya ? Karena hari minggu, maka kedatangan dokter sangat lama. Sore hari, mama ditemui dokter. Kemudian diambil darahnya, CT scan dan tindakan medis lainnya. Ternyata mama terserang Radang Selaput Otak dan Penyumbatan diotaknya.

Ya Alloh, rasanya lemas. Air mata lebih deras mengalir kali ini daripada saat saya menahan nyeri akibat operasi. Ya Alloh, panjangkan umur mama. Berkahi usianya. Beri ia kesehatan dan angkat segala penyakitnya. Hanya berdoa yang mampu saya lakukan.

setelahnya mama harus mengkonsumsi obat, ia dirawat 5 hari di rumah sakit. Dua minggu kemudian, setelah mendapat perawatan dokter dan melakukan CT SCAN ulang, alhamdulillah radang mama sudah sembuh namun penyumbatannya masih ada. Sakit kepala masih sering ia rasakan. Kali ini dihantui oleh stroke. Kata dokter, selama penyumbatan itu masi ada. Maka ia beresiko stroke sewaktu-waktu. Ya Alloh. Hanya Engkau yang tahu bagaimana rasa sakitnya hati ini untuk menerima kenyataan itu. Alhamdulillah makin hari makin membaik. Sakit kepalanya makin lama makin berkurang. Ia bahkan sekarang sudah bisa beraktifitas. Namun tidak tahu kenapa, timbul bengkak di pipi dan sakit ditelinga. Mohon doanya ya teman. Untuk kesembuhan total mama saya :)

---

Sekarang saya paham atas semua skenario Allah SWT.
Jika jadwal operasi SC saya tetap tanggal 16 November dan tanggal 18 November mama masuk rumah sakit. Entah bagaimana saya menghadapi hidup. Menjalani proses pasca operasi.
Alhamdulillah 'Ala Kulli hal "Segala Puji Hanya Milik Allah Atas Setiap Keadaan"
Share:

1 comment:

  1. Sabar ibuk, dibalik satu kesulitan yakinlah Allah kirimkan dua kemudahan sebagai gantinya. Semoga ade ishaaq sehat selalu n mamanya segera diangkat penyakitnya. Aamiin ya rabbal'alamin ��

    ReplyDelete