Jika mendengar kata Emak, apa yang terlintas pertama kali diotak kita ? Wanita paruh baya yang kumal ? Badan bongsor, bau bawang, daster, atau malah mamah muda cantik wangi ala wanita karir ?
Bebas saja kita mentafsirkan kata emak. Karena memang, dunia emak ini dunia penuh intrik yang memiliki jam kerja 24 jam tanpa batas usia. Bahkan sebagian menganggap emak adalah sosok wanita pantang dilawan. Siapa yang berani melawan ? Syurga aja di telapak kakinya. Pak polisi aja mau menilang mikir-mikir, belok kiri lampu sen nyala kanan. Ibarat kata mamak-mamak mah bebaaaas !
Namun berbeda definisi emak dalam buku ini. Kata emak menjadi lebih halus maknanya saat sekelompok ibu-ibu yang tergabung dalam Institut Ibu Profesional Batam mencoba menceritakan kesehariannya bersama anak-anak. Ada yang tak bisa berhenti ketawa sembari menahan gejolak emosi saat si bungsu menguji kesabaran, ada yang mati gaya saat menghadapi pertanyaan anaknya yang diluar logika, ada yang rela mengigit bibir hingga berdarah dari pada amarah terlontar, bahkan ada yang berubah status menjadi emak gara-gara Yahoo Messenger !
Memang, dunia emak tak melulu menawarkan tawa bahagia. Air mata berderai pun sering hadir dalam kesehariannya. Ibarat kehidupan, pahit manis adalah hal biasa. Saya kembali berkaca-kaca saat membaca perjuangan emak yang menyekolahkan anaknya ditengah himpitan ekonomi, atau ada emak yang menjaga tutur katanya agar tidak sampai meninggi atau melukai hati anaknya. Hati saya teriris saat merasakan sesaknya berjauhan dengan suami dan melahirkan tanpa di dampingi suami. Air mata saya jatuh saat ada seorang emak yang mendekap bayi prematurnya tanpa lepas selama 40 hari dengan metode Kanguru. Beginilah emak, kadang lebih akrab dengan tangis dari pada tawa. Oh, Emak !
Baca Juga : Belajar Menerima Kenyataan dari Film Wonder
Tak melulu mengusung tema sedih, ada juga bagian yang membuat saya tertawa meringis. Merasa kejadian itu adalah ritme yang sering menghampiri saya. Namanya juga emak ! tanpa drama ya enggak sah !
Banyak pelajaran yang saya petik dari buku Jungkir Balik Dunia Emak. Namun satu hal yang membuat saya berdecak kagum. Dari 19 penulis ini tidak satupun menuliskan keluhannya atau kerepotannya dalam mengasuh anak. Semuanya merasa inilah bagian dari hidup yang kelak di rindukan.
Tentang Penulis
Penulis dari buku Jungkir Bali Dunia Emak ini adalah 19 emak yang hampir 90% adalah IRT Profesional. Mereka berdedikasi dari dalam rumah. Jangan kira jika penulis ini adalah ibu muda yang baru memiliki anak 1. Justru ada yang sudah berusia 45 tahun namun masih energik. Dan ada yang memiliki anak 4.
Para penulis yang tergabung dalam Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional ini terdiri dari berbagai latar belakang pendidikan dan suku. Ada yang lulus S2 luar negeri namun menyimpan erat ijasahnya demi membersamai anaknya. Ada yang datang jauh dan merantau bersama suami dan ada pula yang kembali ke Batam setelah dari perantauan. Tentu semua itu mereka lakukan setelah berstatus sebagai istri menyusul kemudian status Ibu.
Jungkir Balik Dunia Emak adalah buku yang diterbitkan secara indi oleh Kopi Write Indonesia. Setelah mengikuti workshop sehari jadi buku, ibu-ibu tangguh ini langsung menggembleng diri menjadi penulis. Terbukti tak kurang dari 5 bulan buku ini siap di cetak dan di pasarkan.
Penasaran bagaimana riweuh nya para mamak ini berjuang dalam keseharian ?
Atau ingin merasakan sensasi kasih sayang tanpa batas dari seorang emak ?
Yuk baca kisah mereka, Agar kembali ingat bahwa tak ada yang setulus cinta emak di dunia ini.
Salam,
Salah satu emak yang ikutan nulis di Jungkir Balik Dunia Emak.
Atau ingin merasakan sensasi kasih sayang tanpa batas dari seorang emak ?
Yuk baca kisah mereka, Agar kembali ingat bahwa tak ada yang setulus cinta emak di dunia ini.
Salam,
Salah satu emak yang ikutan nulis di Jungkir Balik Dunia Emak.
Mantapp mak!
ReplyDeleteMamak naik tingkat jd penulis, yeay!
Btw, salah fokus sama makanan2
Makin terharu setelah baca tulisan ini...
ReplyDeleteKeren resensinya buat jd pnasaran dgn smua ceritanya 😀👍
ReplyDeletediman anih bukunya bisa didapatkan
ReplyDeleteSaya suka dengan istilah ibu-ibu profesional, sekalipun dia IRT hehe
ReplyDeleteHiks kok aku baca resensi ini jadi sedih. Terimakasih mak menuliskan nya dgn indah. Bahagia bisa nulis bareng kalian
ReplyDeleteAhh, kata-katamuu mba des selalu menulis dengan hati..
ReplyDeleteentah aku kok terharu pas baca inii.. jadi kangeeeennnnnnnn dengan batamm....
Saya sdh baca bukunya... Congrats ya para emaks ditunggu cerita lainnya di edisi buku berikutnya
ReplyDeleteWow, email super power full banhet ya... Luar biasa sekali neh =_==_=
ReplyDeleteSiap kak, sudah paham gimana riwehnya jadi emak-emak. Bisa dilihat kalau lagi di jalan, para emaks sering lupa kalau ngasih sign kiri tapi beloknya ke kanan, pasti karena kesibukannya di rumah.
ReplyDeletekeren banget sih mak ini walau riweh masih bisa nulis
ReplyDelete😍😍😍😍
ReplyDeleteSeruu bacanya!😍😍😍
ReplyDelete