Saturday, September 22, 2018

Emak-Emak Penyebar Hoaks (?)


Kehadiran dunia digital memang menawarkan banyak kemudahan. Dunia seakan berada dalam genggaman. Ingin melihat berita apapun tinggal ketik dan muncul aneka info yang dibutuhkan. Kita pun menjadi tau, kondisi yang terjadi di belahan bumi mana pun tanpa bergerak dari posisi kita duduk.

Hal ini adalah salah satu manfaat hadirnya teknologi. Perlahan tapi pasti, kita lebih menyenangi membaca info dalam bentuk digital dari pada surat kabar atau buku. Alih-alih praktis, ternyata ini pun berdampak buruk pada cara kita memandang suatu berita, cara kita menelaah akurasi sebuah berita maupun info.
Saat berada dalam sebuah diskusi Koordinator Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional, saya terhenyak dengan salah satu info yang di kirimkan oleh anggota grup bahwa "Literasi Ibu Rumah Tangga Mencemaskan" tak ingin mengakui namun rasanya bisa jadi saya masuk dalam kategori ini. Tsunami informasi datang terus menerus hingga sulit membedakan mana berita fakta atau sekedar hoaks. Parahnya, dengan mudah kita mengklik "Share" dan kemudian berita yang belum tentu akan kebenarannya menjadi viral dan diakui keabsahannya. Jika sudah begini salah siapa ? Bagaimana nasib anak yang dibesarkan oleh seorang ibu yang tak mampu memilih berita fakta atau hoaks. Setiap info masuk tidak disaring dan di cek kebenarannya. Biasanya kita lebih suka mendengar "katanya.." dari pada mencari sendiri berita secara akurat. Apa efeknya ? Tentunya banyak. Kita menjadi kebingungan akan sebuah fakta. Keputusan diambil berdasarkan pertimbangan yang salah.

cuplikan berita di salah satu Koran



Kemudian yang menjadi pertanyaan adalah, Mengapa emak-emak mudah terkena berita hoaks ? Menurut saya faktor ini bisa disebabkan oleh :

  1. Berubahnya pola membaca
    Di sadari atau tidak, pola membaca kita berubah. Awalnya kita membaca kata perkata hingga menjadi kalimat. Kita memaknai dengan seksama setiap kalimat. Mencerna dan memahami dengan baik. Namun kehadiran dunia digital mulai menggeser pola membaca kita. Bukan membaca kata per kata lagi namun poin per poin. Kita bukan lagi membaca namun memindai. Kita berpikir secara cepat, singkat dan dangkal.

  2. Mudah terprovokasi pada berita viral
    Karena kita terbiasa membaca secara singkat dan cepat membuat kita lemah dalam hal literasi. Tau kan, Mak makna literasi ? literasi itu adalah kemampuan kita dalam membaca, menulis dan berbicara sesuai keahlian tertentu. Tidak asal nyeplos. Namun kita juga harus punya data.
    Literasi yang lemah ini membuat kita mudah terprovokasi. Jika ada hal viral padahal tidak ada sangkut pautnya dengan kita dengan mudah kita ikut berkomentar, ikutan mengutuk, ikutan mencerca. Padahal kita sama sekali tidak mengenal atau tidak ada hubungan sama sekali dengan kita. Asal seru, heboh dan menegangkan kita lupa mengecek asal muasal berita. Langsung share dan ikutan berkomentar.

  3. Suka mencampuri urusan orang lain
    Entah kenapa, para mamak ini suka sekali masuk dalam urusan orang lain. Mudah berkomentar, mudah membicarakan dan suka dengan aib yang dipamerkan. Hal ini terbukti menjamurnya akun gosip. Saking seringnya skroll Akun gosip, lupa bahwa kita sedang menikmati aib orang lain.

  4. Ajang "curhat" yang berakhir pada "caper"
    Media sosial saat ini berubah fungsi. Dari menjalin pertemanan bergeser menjadi tempat curhat dan saling pamer. Rasanya ada yang kurang jika dalam satu hari saja tidak curhat di media sosial. Tujuannya apa curhat di media sosial ? cari perhatian ! tidak lebih.

  5. Budaya Membaca Makin Menurun
    Coba Mak, tanya pada diri sendiri. Berapa menitkah dalam sehari untuk dialokasikan membaca buku ? atau jangan-jangan membaca buku tidak masuk dalam list kebutuhan ? semua didapat dari media sosial ? itupun membacanya dengan cara memindai. Waspada mak ! anak kita butuh ibu yang cerdas.

Saatnya membahas solusi. Jika menjabarkan masalah saja tanpa solusi rasanya hanya akan menjadi beban diri. Kita urai solusinya berdasarkan masalah diatas :
  1. Baca dengan teliti
    Setiap mendapat info bacalah dengan teliti. Cek sumbernya dan jangan langsung mempercayai. Pikirkan kembali "apakah masuk akal atau tidak" Jangan hanya membaca poin per poin. Kenali siapa yang menyebarkan dan uji kembali keabsahannya. Jika masih ragu, diskusinya dengan teman bahkan suami. Biasanya para bapak info yang didapat lebih akurat dan rasional.

  2. Jangan mudah percaya berita viral
    Apapun berita yang sedang berkembang jangan langsung percayai. Jangan mudah menekan "share" terkait berita yang sedang viral. Bisa jadi yang di viralkan hanya secuil dari masalah yang sebenarnya. Jika kita sudah mengetahui fakta viral yang sedang terjadi, tanyakan pada diri sendiri "Bermanfaatkah berita itu untuk kita sebar luaskan ?" "Apa dampaknya untuk diri sendiri dan orang lain ?" Jika tidak ada maka sudahi. Tidak perlu di sebarluaskan.

  3. Fokus Pada Diri Sendiri
    Terkadang lucu, kita mengomentari permasalahan hidup orang lain padahal inti permasalahannya juga terjadi pada diri kita. Seolah "Gajah dipelupuk mata tak nampak, Semut di seberang lautan tampak" berhentilah. Jika tidak ada manfaat untuk diri sendiri lalu mengapa kita harus ikut campur ? 

  4. Curhat itu Ke Alloh, Buka Dinding Facebook
    Berhentilah curhat di media sosial, karena sesungguhnya itu hanya memuaskan rasa kepo orang. Sangat jarang yang benar-benar peduli pada kita. Solusi tidak dapat, namun terlanjur aib diumbar. 

  5. Sediakan Waktu untuk Membaca
    Alokasikan waktu untuk membaca, tidak perlu berjam-jam. Cukup 30 menit sehari maka ini akan menjadi candu. Karena asyik membaca, kita bahkan bisa lupa pada media sosial. Buka kembali lembaran buku yang masih tersampul utuh. Nikmati kalimat per kalimat dengan seksama. Sungguh, membaca buku lebih asyik dari pada membaca status facebook.

Setelah melakukan praktek diatas, maka kita akan merasakan kenyamanan. Banjir informasi yang kita terima mampu kita redam. Diskusi-diskusi penuh faedah makin berhasrat. Tentu saja, jadi malas meladeni debat kusir.


Ayo, Mak !
Handphone semakin pintar, jangan mau kalah pintar dengan handphone.
Karena sesungguhnya Anak butuh "Smart Mom bukan Smart phone"

Sebelum saya akhiri. Saya mau mengutip kata-kata dek Hawaariyyun "Nasehat dan teguran ini untuk diri saya sendiri sebelum orang lain"

Referensi :
1. remotivi
2. Harry Santosa
Share:

38 comments:

  1. sepakat mba, aku gabung digroup sekolah anak dan ada aja berita yang dishare emak2 dibilang rendah literasi ga mau tapi menyaring konten berita ga bisa asal share lalu ditanya begimana begitu malah nyolot *astagfirullah* semoga semakin teliti membaca, setuju jadi smart mom dengan smartphone :)

    ReplyDelete
  2. kalau jaman dulu ada emak emak penyebar fitnah, hobi nya ghibah.. sekarang era digiital emak emak itu sedikit bertransformasi jadi emak-emak penyebar hoax hihi. semoga kita semua jadi smart netizen ya mba

    ReplyDelete
  3. Iya nih paling sebel sama ibu ibu yang dikit dikit curhat masalah pribadinya di medsos, masalah dikomunitas, sama tetangga, sesama wali murid sekolah, sampai masalah rumah tangga juga dicurhatin. Memangnya kita mamah dede? :)))

    ReplyDelete
  4. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan emak2 penyebar hoaks. Banyak membaca dan cek ricek lagi sebelum share berita sangat diperlukan. Biar nanti pas ditanyain ga sekadar "Ini dari grup sebelah", huft.

    ReplyDelete
  5. Aih iya ya. Emak2 nih kyknya yg sering jd korban hihihi..

    ReplyDelete
  6. setiap saya teliti, cieh. Para emak penyebar info hoak itu kadang belum membaca sepenuhnya, baca judul, beritanya viral, banyak yang share dan setelah ditanya, belum baca, maaf ya. Hiks, sayapun akui, waktu untuk membaca agak kurang, tapi tak sepenuhnya lantas menyebar dan membiarkan para anggota grouo utk membaca dulu baru kemudian mendiskusikan intinya. Seharusnya mah dibaca dulu ya, baru ngeshare untuk diskusi.

    ReplyDelete
  7. Membaca tapi enggak menganalisa inilah jeleknya jadi budaya membaca kita sehingga hoax menyebar dan banyak penyebarnya huhuhu emak2 pula hiiks

    ReplyDelete
  8. Bener banget ih Mbak.. Aku toh kurang sadar kenapa emak-emak lebih banyak yang suka menyebarkan hoax.

    ReplyDelete
  9. ayooo...jadi kita harus pandai memilah mana yang benar dan tidak. Budaya membaca idealnya diikuti dengan budaya mengerti isi bacaan, jadi ngga hanya sekedar baca lalu sebar :)

    ReplyDelete
  10. Di WAG sekolah sering banget ada yg share berita" nggak jelas.. Kalo di terangin kya nggak terima gitu, jadi bingung sendiri

    ReplyDelete
  11. Emang kemampuan logika itu harus kepake banget ya buat mencerna apapun yang kita baca. Apalagi yang seliweran lewat di media sosial.

    ReplyDelete
  12. Bener banget, kadang yang suka menggunjing emak-emak ya emak-emak sendiri, atau menyebarkan berita yang tidak dikroscek terlebih dahulu, sebagai ibu mesti selektif ya dalam menyaring berita

    ReplyDelete
  13. Ya ampun, mba. Apa yang kamu bilangin tuh bener banget. Skarang tuh orang mudah banget terprovokassi dengan berita nggak jelas lalu membaginya. Malah bikin makin ribet ya. Moga kita jadi kelompok emak emak yang bisa filter info sebelum zhare ya

    ReplyDelete
  14. hiks miris dengan wacananya eh itu bukan sekedar wacana lagi kan ya

    ReplyDelete
  15. Curhat ke Allah bukan facebook. Kalau lagi panas sebaiknya jauhi dulu medsos. Dan ya kita kudu makin teliti agar tau mana yg hoax mana yg bukan

    ReplyDelete
  16. Paling malas lihat orang share berita hoax..kebanyakan sharing berita tanpa di saring terlebih dahulu.

    ReplyDelete
  17. memang harus saring dulu sebelum sharing, ya, Mbak..

    pernah baca, hoax itu ada karena banyaknya orang baik yang bodoh dan orang pintar yang jahat. :(

    ReplyDelete
  18. Emak2 memang pada dasarnya suka gosip dan ngerumpi. Makanya mereka kumpulnya di fb karena mewadahi fasilitas ngerumpi hehe tapi akhirnya jadi nyebar hoaks ya

    ReplyDelete
  19. Bikin curhatan di medsos biar viral dan terkenal..duh jangan sampe deh ya.

    ReplyDelete
  20. Karena jempol enak ringan seringan kapas. Hahah serius lho kayak di grup tahsin sampai aku komen. Emak2 jaman now jempolnya ringan banget. Entah yg dishare sudah dibaca atau belum langsung cuzz melayang ke mana2. Semoga kita terutama saya makin cerdas literasi apalagi didampingi ketua rulis yang smart mom.

    ReplyDelete
  21. Kesalahan yang paling sering emang curhat di FB. yah namanya mamak2 ya, begitu ada waktu senggang psti yang dipegang ya hp, buka FB. Lalu nulis status deh apa yang dirasakan. Ya curhat lah ngeluh dan segala macam. Padhaal, kalau dia mau diam aja dulu sejenak, itu nggak perlu curcol di FB ya. Cukup antara dia dan Tuhan aja.

    ReplyDelete
  22. Bener banget paragraf akhir, anak butuh smart mom, bukan Smartphone.

    Kebanyakan dari emak2 senang baca judul yang heboh, enggak baca sampai terakhir. Meski sebenarnya bapak2 pun banyaaak yg seperti itu.

    ReplyDelete
  23. Hahahahaa aku numpang ngakak ya mba, bener ni, semenjak ada wa grup, grup reuni, dan grup keluarga, mereka sesepuh seakan berlomba utk posting hal bijak atau info terkini. Walauoun kadang2 jatohnya jadi hoax krn tidak dicek ricek kebenarannya.

    ReplyDelete
  24. Sering nih nemuin emak-emak penyebar hoaks, baik di medsos maupun di grup chatting. Malahan yang nyebarin seorang guru lho. Miris emang :(
    Ditegur salah, nggak ditegur lebih salah lagi :')

    ReplyDelete
  25. Huhuhu, ini nih yang masih sering dijumpai. Emak-emak jd penyebar hoax. Gak dimana2. Di medsos, di WAG. Semoga semakin banyak emak yg sadar deh. Dan kita, harus mulai menjauhinya.

    ReplyDelete
  26. Ya Allah..
    Haturnuhun sharingnya mba.

    Suka merasa sangat bersalah ketika forward messages ke wag lain kalau kita tidak memiliki kapasitas untuk berbicara dalam masalah itu.


    Jadi,
    Aku lebih senang silent reader untuk wag beranggotakan banyak member.

    Kalau bertemu di dunia nyata...baru aku kluarin semua segala uneg-unegku selama ini.

    ReplyDelete
  27. Duh banyak kak yang kayak gini.. apalagi jelang pilpres 2019 yaa, makin jadi..

    ReplyDelete
  28. kadang dari judul aja seseorang langsung menyimpulkan isi berita ya padahal isinya belum tentu seperti itu. AKu gak pernah forward2 berita di grup

    ReplyDelete
  29. Nah,kebiasaan memindai ini loh yg bahaya mba. Aku punya teman yg hobi banget mengikuti berita di kanal tertentu dan potensial menyebar kebencian. Udah pilih kanalnya aja ga bener, bacanya pun sistem pindai. Mana ga mau kroscek ke berita2 yg lain. Walhasil yg ada ya makin menumpuk info hoax di kepalanya. Jadi geleng2 deh yg kyk gini. Mana kalau dibilangi dikiranya malah kita oknum pendukung pihak tertentu. Duh duuuhh.....

    ReplyDelete
  30. Ini related banget dengan keributan mom war yang juga sering terjadi di media sosial. Saya perhatikan sebenarnya kadang dua kubu ibu-ibu inipun sebenarnya baik. Baik dalam artian punya maksud baik. Namun kadang mengasumsikan atau punya persepsi yang berbeda terhadap kubu lain karena penerjemahan bahasa tulisan. Sedih kadang ya Mbak....

    ReplyDelete
  31. Baru-baru ini di grup kuliah, mimin akhirnya dengan berat hati mengeluarkan kakak senior karena gemar banget berbagi hal politik.

    Sudah sering banget diingatkan, tapi, masya Allah gak digubris.

    Aku sendiri bingung, kog ya ada makhluk seperti itu?
    Padahal sudah diingatkan lho, berkali-kali.
    Aku sampai gemezzz (tuh pakai "z" saking gemesnya)

    Alhamdullillah, kini grup sudah kondusif kembali.




    ReplyDelete
  32. Kudu jeli kitanya sendiri ya Mba Des, harus kroscek kebenaran, kadang emang yang terjadi di masyarakat begitu langasung aja pindai. Memang butuh diedukasi nih, semoga aja ada program edukasi ginian dari pemerintah ya. Biar yang ga ngerti bisa jadi ngerti dan lebih hati-hati ya.

    ReplyDelete
  33. Betul banget deeehh, di medsosku suka ada aja yang share tanpa dipikir. Kdng dibilangi malah nyolot huhuhu.
    Paling sebel jg di WAG suka forward2 berta gak jelas, kalau udah gtu saya biasanya clear chat2.

    ReplyDelete
  34. Handphone semakin pintar, jangan mau kalah pintar dengan handphone.
    Karena sesungguhnya Anak butuh "Smart Mom bukan Smart phone"

    sukaaaa notednya mba des... selaluu euyy bikin terenyukkkk..

    aku simpan yahh...

    ReplyDelete
  35. Manteb Mbaa
    Akupun gerah klo ada yg apa2 dishare ke WA pake embel2 copas grup sebelah, yg hoax juga ada
    Pernah juga ada yg ga sengaja ngetag video xxx di FB, ditegur by japri, eh kirim pesan tersinggung di grup WA
    Paling klo ada yg share hoax aku share artikel penjelasan sambil bilang baik2
    Itung2 edukasi klo kita harus cek2 dulu esp berita yg kykny too bad to be true or too good to be true hehe

    ReplyDelete
  36. Curhat itu Ke Alloh, Bukan Dinding Facebook

    Hohoho, benuuuul! Kalau aku kadang curhat sambil cari solusi ke pembaca. Boleh gak ya.

    ReplyDelete
  37. Duuh, gemes sama orang2 yg hobbynya share berita yg kebenarannya masih diragukan atau bahkan yg dishare itu gak benar huufft. Katanya punya smart phone tp sayangnya orangnya yg msh belum smart :D

    ReplyDelete
  38. Membaca postingan ini pas lg rame berita hoax dr penyebar hoax Ratna Sarumpaet.
    Duh, ternyata org cerdas pun gak luput dr kebodohan utk menyebar hoax ya.
    Kudu banyak belajar dan membaca dan jg memahami nih

    ReplyDelete