Monday, July 16, 2018

,

Si Gigih itu Bernama, Lubnah Lukman

Member Ibu Profesional Batam saat Halal Bi Halal di Kediaman Mba Unna

Sulit untuk memulai menulis. Berkali-kali mengetik dan berakhir pada tombol backspace. Terlalu banyak cerita, terlalu banyak hal indah. Bahkan merasa kata-kata tak mampu mewakili rasa yang sesungguhnya. Baru kali ini saya merasa, bahwa tulisan tak mampu menggantikan rasa yang tersimpan di hati. Namun harus, harus menulis ! Karena tak ada yang mampu mencatat seabadi tulisan.

Jatuh Hati Pada Lubnah Lukman.

Panggilannya Unna, untuk penghormatan saya menyematkan "Mba" diawal panggilannya walau kami seumuran. Bagaimana saya tidak menaruh hormat. IRT yang ternyata S2 ini mengajarkan banyak hal yang membuat hidup saya berubah. Saya semakin erat dan yakin akan dunia kepenulisan adalah hasil kerja keras Mba Unna. Beliau juga yang meyakinkan saya bahwa menulis adalah passion saya. Maklum, walau sering menulis dan menyukai menulis saya tidak terpikir bahwa menulis adalah passion saya.


Ramah !
itulah kesan awal saat pertama kali bertemu Mba Unna di Masjid Raya Batam. Memakai kulot hitam dan jilbab pashmina. Ditemani Ruby yang asyik bermain puzzle. Walau terkesan ramah saya belum ingin mendekat. Masih sulit berinteraksi dengan orang baru. Itulah kelemahan saya.


Berkali-kali mengatakan kurang dalam hal parenting. Tapi dari Mba unna saya banyaaaak memetik hikmah. Tak pernah sekalipun saya melihat Mba Unna meninggikan suaranya didepan anak-anaknya. Tidak pernah sekalipun saya melihat Mba Unna menatap kesal atau memainkan tangannya dalam membersamai anak-anaknya. Sabar ! Sesuatu yang sedang saya terapkan dengan tertatih-tatih dalam menghadapi Khalid.


Jiwa Petualang.
Sesungguhnya saya tidak terlalu menyukai interaksi dengan alam seperti hiking atau kemah. Namun Mba Unna memperkenalkan kepada saya, dekat dengan alam adalah hal yang mengasyikkan.  Jiwa petualangnya saya sukai. Karena kami sekeluarga pun meletakkan traveling sebagai bonus tahunan keluarga kami.


Bersama Mba Unna dan Mba Rika saat di Air Terjun Gunung Bintan


Hal yang membuat saya terbuka tentang pasangan Mba Unna dan Pak Awal adalah saat Parent Talk di malam kami kemping di Poyotomo. Terasa sekali Pak Awal banyak membimbing Mba Unna dan pemikiran Pak Awal luas. Patutlah pasangan ini terasa sangaaaat berbeda. Enak diajak ngobrol lama-lama. Pak Awal tak kalah lembut dalam menghadapi anak-anaknya. Runtuh sudah kesan "kasar" orang Makassar yang selama ini saya lihat di TV dari aksi Mahasiswa. Pasangan ini pasangan lembut yang membius anaknya dengan kelembutan.


Saat Kemping di Poyotomo bersama Keluarga Mba Unna dan Mba Rika

Percakapan malam itu makin menguatkan saya bahwa pasangan ini adalah pasangan pembelajar. Semakin membuat saya hormat dan kagum. Berbagai prestasi Mba Unna, dilepas demi menjadi IRT dan mengikuti suami. Beliau menepis segala ego. Dan meleburnya bersama dengan profesi tertinggi wanita yakni IBU RUMAH TANGGA.


Konflik.

Tidak mungkin interaksi tanpa konflik. Bahkan dengan suami kita bisa memiliki konflik jutaan kali. Namun konflik ini tak ada arti jika diselesaikan dengan baik. Maka konflik hanya akan berperan sebagai perakat, pemersatu dan meningkatkan perasaan sayang.

Berfoto Bersama Teh Patra

Jangan dikira saya tidak pernah berkonflik dengan Mba Unna. Saya bahkan hampir kehilangan kata-kata untuk meyakinkannya menunda sebuah workshop yang ia gagas karena bertepatan dengan workshop yang sudah direncanakan jauh-jauh hari. Saya kehabisan akal, kehabisan kata-kata dan cenderung mengalah. Begini sulitnya kah berkomunikasi dengan Mba Unna ?


Kemudian saya pun mengenyampingkan ego. Melihat dalam kacamata Mba Unna. Bahwa workshop yang ia gagas adalah sumber ilmu yang bermanfaat. Bahwa Mba Unna haus ilmu. Haus yang harus segera di tuntaskan. Saya mengubur jutaan kata yang akan saya lontarkan. Mengalah dan mundur dan tetap mensupport sebagai sahabat. Dan ajaibnya, dia mampu mengadakan workshop walau hanya SENDIRIAN ! ya ! benar. Workshop Mengundang Teh Patra adalah kinerjanya nyaris seorang diri. Hal ini membuat saya semakin kagum. Bahwa kemauannya keras. Tidak ada hal yang sulit baginya.


Foto Bersama Keluarga Homechooling Muslim Batam

Pada akhirnya saya membantu tapi itu hanya sedikiiiiit sekali. Mba Rika pun berperan dalam mendukung dan mensukseskan acara "Private Class, Serba Serbi Homeschooling Bersama Teh Patra" barang kali Mba rka pun akan setuju bahwa acara itu 90% adalah kinerja Mba Unna.

Semakin Dekat karena Misi Parenting

Kebersamaan saya dan Mba Unna tidak hanya berputar masalah menulis. Kami semakin dekat saat memiliki arah parenting yang sama. Banyak cita-cita yang kami impikan untuk membawa anak kami menjadi anak sholih-sholihah. Mimpi tentang dunia anak, mimpi tentang keluarga ideal, mimpi tentang persahabatan yang kemudian melibatkan suami. Kami bermimpi akan terus mengawal tumbuh kembang anak kami bersama, dan saling mensupport. Karena jalur yang kami pilih untuk pendidikan anak-anak kami adalah Homeschooling. Jalur asing bagi sebagian orang.


IP Batam, Mempertemukan dan Memisahkan

Akhirnya,
sampai diujung tulisan. Jika tidak diakhiri mungkin saya mampu membuat 1 buku khusus tentang Mba Unna. Karena begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan.

Kedekatan kami berawal dari Ibu Profesional Batam. Walau saya mundur dari pengurus, Mba Unna tetap menggawangi Rumbel Menulis Batam. Dan saya tetap menjadi anggota Rumbel Menulis Batam. Ia konsisten melaju penuh manfaat di kepengurusan Ibu Profesional Batam.


Mba Unna dan Rumbel Menulis Batam


Hingga isu kepindahannya ke kota lain 2 kali menerpa kami. Awal tahun 2018 sudah digadang-gadangkan bahwa suaminya akan mutasi. Sebagai Surveyor BKI, Pak Awal tidak mungkin bermukim lama di satu kota. Ia butuh menjelajah.

Setiap kali isu mutasi ini muncul, Mba Unna mendekat kepada saya. Meminta saya menjadi penggantinya dan kembali masuk dalam kepengurusan. Jelas saya tolak. Saya merasa tidak mampu dan bukan orang yang tepat untuk menduduki posisi ketua Rumbel (Rumah Belajar) Menulis Batam.  Terlebih saya sudah mundur sebagai pengurus. Bagaimana mungkin saya kembali masuk ? Tapi Alloh selalu punya cara untuk menempatkan posisi hambanya. Melalui voting saya terpilih menggantikan Mba Unna. Berat ! rasanya jika sekali lagi saya di ijinkan menolak, saya ingin menolak jabatan ini. Sosok Mba Unna sudah begitu melekat. Tidak ada yang tidak mencintainya. Sedangkan saya ? Aahh.. Sudah banyak keburukan yang saya miliki. Malu rasanya kembali mengumbar.


Berfoto bersama Ketua IP Batam


Tanggal 29 Juli ini, Mba Unna di mutasi ke Surabaya. Mereka pindah sekeluarga. Kami akan merindukan rumahnya di Sukajadi sebagai basecamp IP Batam. Merindukan desain indahnya setiap event IP Batam. Merindukan ide cemerlangnya yang sulit terbantah.

Semoga Mba Unna dan Keluarga selalu di jaga Alloh.
Semoga Mba Unna dimanapun berada senantiasa bermanfaat bagi umat.
Diberi kemudahan dalam mendidikan anak-anaknya.

Sulit mengatakan perpisahan,
Tapi sulit juga menutup mata bahwa Surabaya jauh dari Batam.
Semoga persaudaraan, persahabatan kita diteruskan Alloh hingga kita di syurga.
Jauh dimata, namun terikat dihati.

Pak Awal dan Mba Unna adalah keluarga baik yang menebar manfaat.
maka jagalah mereka dimanapun mereka berada Ya Alloh.

:(


Akhirnya saya tidak mampu menahan air mata.
Di tinggal saat lagi sayang-sayangnya itu sakit !

:'(
Share:

2 comments:

  1. Sedih ya kak des :(
    Banyak banget kenangan. Bakal rindu rumah yang berantakan itu....

    ReplyDelete