Friday, July 20, 2018

,

#CakapMamak-8 : Pentingkah Berbagi Tugas Domestik Rumah Tangga Dengan Suami ?





Alhamdulillah,
Kembali berjumpa dengan Jumat. Artinya kolaborasi Blog "CakapMamak" kembali hadir. Doakan untuk terus istiqomah ya. Hahaha


Kali ini mau membahas tentang berbagi peran dalam urusan domestik keluarga. Maksud domestik di sini adalah urusan yang meliputi pekerjaan rumah tangga, seperti aktifitas ibu-ibu pada umumnya. Urusan dapur, cuci mencuci bahkan mengasuh anak. Sejauh mana suami wajib terlibat ? Atau ia hanya berperan sebagai komando ? Pemberi perintah yang tidak mungkin melakukan perintah yang ia keluarkan ? Ataukah urusan dapur dan segala pernak pernik rumah tangga adalah mutlak kewajiban istri ? Atau ada sebagian adat yang menganggap membantu pekerjaan istri di rumah adalah aib ? Mari kita bicarakan. heheheh


Saya pun sedang merayu suami untuk membuat tulisan ini berdasarkan pemikirannya. Bagaimana tanggapan suami tentang pekerjaan domestik. Semoga rayuanku ampuh. Hahahahaha

Tentang Tugas Domestik.

Istri bangun pagi, bergegas ke dapur menyiapkan sarapan. Anak dan Suami masih leyeh-leyeh di kasur. Tidak jarang membuat sarapan ini di kerjakan sekaligus dengan mencuci piring, atau mencuci baju atau membersihkan ikan selagi menunggu sarapan matang. Merasa familiar dengan situasi seperti ini ? Atau karena mengerjakan banyak hal sarapan jadi gosong, cucian lupa di puter di mesin cuci, dan memasukkan garam salah ke sabun pencuci piring bukan ke sayur ? hahahaha


itu warna kehidupan istri, IRT ataupun working mom mungkin merasakan hal serupa. 

Melihat istri penuh kerepotan seperti itu, tidak adakah hati suami yang tergerak hatinya untuk turun tangan membantu. Sekedar menemani atau menawarkan bantuan "Apa yang bisa Ayah bantu ?" walau kalimat ini basa-basi namun sungguh akan melelehkan hati istri.
Foto hasil nyomot di IG suami. Jaman belum ada Khalid
Bayangkan situasi pertama :
  • Istri sakit, tapi harus menyiapkan keperluan suami dan membereskan pekerjaan rumah. Walau menahan sakit dan tertatih ia tetap bekerja sendirian
  • Anak menangis, jam sudah menunjukkan waktu makan malam. Suami asyik main HP atau games. Istri kerepotan gendong anak sambil tetap mengiris bawang. Akhirnya anak istri menangis berdua
  • Habis melahirkan, cucian menumpuk. Luka setelah melahirkan masih berdenyut. Kondisi fisik masih lemah. Tapi harus tetap menyapu, mengepel, cuci piring dan memasak. Suami ? Aib jika suami turun tangan mengenai pekerjaan istri didapur. Duh, Babyblues siap melanda nih.
Kemudian situasi kedua :

  • Istri sakit, suami menyuruh istri istirahat. Ia mengambil peran di dapur. Sekedar membersihkan agar enak di pandang mata. Urusan makanan, bisa beli.
  • Anak menangis istri sibuk memasak, suami mengambil alih anak. Dan istri bisa masak dengan tenang.
  • Setelah melahirkan, istri disuruh fokus menyusui dan menemani anak. Urusan dapur dan cucian sudah di handle suami. Walau harus melibatkan laundry dan gofood. Tapi suami dan istri sama-sama tidak stress.
Bagaimana ?
Enakkan situasi pertama atau kedua ?
Istri lebih bahagia berada disituasi yang mana ?
Pernikahan langgeng  di situasi yang mana ?

tentu jawabannya No DUA !
Karenanya, tidak mungkin seorang istri kokoh sendirian tanpa di bantu sang suami.

Bagi saya, rumah tangga adalah team work. Kita sepakat untuk membangun rumah tangga. Berjanji untuk saling menjaga dan membina hubungan kemudian beranak-pinak. Artinya sepakat untuk saling tolong menolong. Bukankah kehadiran pernikahan tidak akan terjadi jika hanya ada satu pihak. Begitupun rumah tangga. Syukur saya hidup di Kota. Mendapat suami yang tidak menganut "Harga diri runtuh saat ia turun tangan meringankan pekerjaan istri" Layaknya Rosulullah, yang tidak segan menjahit sendiri bajunya yang koyak, dan menyisingkan lengan bajunya bersiap membantu istrinya di dapur. Tidakkah manusia agung ini merasa bahwa meringankan pekerjaan istri adalah aib ? tentu tidak !

Lalu bagaimana tips agar suami mau turun tangan dalam mengerjakan tugas domestik ?
  1. komunikasikan kesulitan yang istri hadapi
    Saya seriing sekali mengatakan keberatan saat harus membersihkan kamar mandi. Rasanya berat sekali membersihkan kamar mandi. Menyikat dengan penuh tenaga, belum lagi mencium bau wipol yang bikin mual dan sakit kepala. Atau badan terasa sakit, tidak enak badan sedangkan cucian piring menumpuk. Ini tanpa diminta suami akan inisiatif mengambil peran dalam mencuci piring. Intinya, komunikasikan apa yang sedang kita rasanya. Insyallah suami akan paham tanpa harus diminta atau di cemberutin.

  2. Ajukan Pilihan
    Dalam kondisi tertentu saya tidak selalu dalam kondisi prima dalam memasak atau membereskan rumah. Belum lagi anak yang merengek minta ditemani. Katakan pada suami "Ayah menemani anak bermain atau bikinin kami nasi goreng ?" biasanya dia akan memilih menemani anak bermain. Sebenarnya kita tau, bahwa dia akan memilih menemani anak bermain. Tapi rasanya kurang pas jika menggunakan kalimat perintah "Ayah temanin Khalid main ya ! aku mau masak" Ini kesannya menyuruh. Hihihi
    Atau dalam kondisi terburu-buru akan pergi, tapi rumah harus dalam kondisi rapi. Biasanya saya akan menawarkan "Abang mau cuci piring atau nyapu ? Biar cepat kelar" Nah dia akan mengambil tugas menyapu sedangkan saya mencuci piring.
  3. Lihat Kondisi Psikis dan Fisik Suami Saat Meminta Pertolongan
    Tidak mungkin kita meminta pertolongan sedangkan suami mengeluh sakit. Atau saat suami mengatakan tangannya sakit, eh si istri malah minta pijet. Jelas saja permintaan istri di tolak. Kecuali saat dalam kondisi kita lebih buruk kondisinya dari suami. Seperti saat perut nyeri dalam kondisi hamil, atau kaki bengkak karena hamil maka biasanya meminta pijet dalam kondisi seperti ini suami menuruti. Jangan lupa, pijet juga suaminya. heheh
  4. Jangan Rendahkan Harga Dirinya
    Hal ini harus dipahami istri. Bahwa suami berada di tingkatan lebih tinggi dari istri dalam Islam. Karena beratnya tanggungjawabnya. Jadi jangan jatuh harga dirinya dengan perkataan perintah yang kasar. Atau kita meminta ia mengerjakan sesuatu sedangkan kita asyik main HP.  Suami nyapu, sedangkan kita asyik nonton gosip. Rasanya tidak sopan. Bertindaklah seperti kita ingin diperlakukan. Kita mencintai makhluk ini, maka kita pun wajib menjaga perasaannya.
  5. Berlemah Lembutlah
    Saya akui, untuk menjadi istri sholehah itu berat. Makanya hadiahnya warbiyasak alias luar biasa. Istri sholehah itu boleh masuk syurga dari pintu mana saja. Namun dalam menjaga intonasi suara saya masih sering terlepas. Kadang saat sudah kalut dan sedih, akhirnya teriakan dan tangisan juga yang keluar. Tapi saya selalu bertekad dalam hati. Untuk senantiasa berlemah lembut kepada suami. Menghilangkan kata kasar dan meninggikan suara. Menggantinya dengan melembutkan suara dan tingkah laku. Jika kita menghormati suami dengan baik, rasanya tidak mungkin suami bersikap kasar.
Itu yang biasa saya lakukan terhadap suami saat meminta pertolongan. Intinya sih tau porsinya. Jangan berlebihan dan tetap hormati suami sebagai kepala keluarga. Jangan rendahkan harga dirinya terlebih di hadapan orang lain bahkan di hadapan anaknya. Menjaga, agar sang kepala rumah tangga ini tetap berdiri kokoh dalam memimpin keluarga. Agar Ia tetap percaya diri dan penuh wibawa.

Bagaimana tips ala Ibu Ika ?
Akankah sama ?
Pasti berbeda.
jangan lupa baca juga ya.
tips Bu Ika dalam menghadapi dan mengajak suami untuk berperan langsung dalam hal domestik.

Tetap semangat wahai Para Mamaks !
Ketenangan wilayah domestik keluarga memang taggung jawab kita !
Tapi support dari Suami adalah hal yang utama.
Huhahahahaha
Share:

15 comments:

  1. Satu lg mba deess..klo suami bantuin, jgn lupa utk ikhlas menerima hasilnya..haha..
    Suamiku seneng masak, tp kadang seleranya agak beda dg aku, jd yaa terima aja..wkwk..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ealaaah.
      kok sama mba.
      begitupun saat urusan beberes.
      kalau gak sesuai standar atau ekspektasi kita ya legowo.
      kwkwkwkkwkww
      dibantuin aja udah syukur ! hahaha

      Delete
  2. Ku belum menikah sih, tapi sungguh bener-bener setuju sama kakak. Rumah tangga itu adalah kerja sama. Jadi anggap aja kaya perusahaan gitu kan, kalau ga ada team worknya pasti yah timpang sebelah. Minimal suaminya bisa ngerti gitu yakan. Semangat yahhh kakkkkkk :3

    ReplyDelete
  3. Bener nih. tapi kalau laki laki yang jauh dari orangtuanya atau tidak tinggal serumah entah itu sokalah di luar kota atau kerja. rata rata bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti nyuci, masak dll. tapi tidak setelaten ibu ibu yang mengerjakannya.

    ReplyDelete
  4. Kerja samaa suami istri di dalam rumah sangat penting, menurut saya, itu menjadi bagian perhatian dan romantisme

    ReplyDelete
  5. Berbagi tugas domestik ama suami tuh penting banget. Kalo saya paksu lebih ke bagian nyuci pakaian sih. hehe. bukan apa-apa. berat cyiinnn. tapi kalau saya lagi gak kerja. semua saya borong. Masak, nyuci, nyetrika, ngepel, bahkan itupun masih bisa update status. Apalagi kalo ada job di medsos. paling duluaan... hehe

    ReplyDelete
  6. Penting, dong.. Kata Bu Septi, semua bisa dialihkan, kecuali hamil dan menyusui. Lah, laki nggak akan bisa hamil dan nyusui, selebihnya? Bisa! Bisa pokoknya, wkwk.

    ReplyDelete
  7. bagi beberapa suku tertentu ada pembagian tugas lelaki dan perempaun dan paling eksrim paling mengharamkan pekerjaan domestik dikerjakan lelaki.

    tapi untung keluarga aku nggak gitu pembagian tugas domestik merata dan sekarnag karena kesehatan ibu kurang baik, bapak hampir semua mengerjakan pekerjaan domestik. tapi dengan gayanya ya... gaya bapak2 tau sendiri kalau nyuci nggak bersih banget kata ibu, masak juga alakadarnya hahahhahaha

    ReplyDelete
  8. kalau tinggal sama mertua, sering segan kalau minta bantu ini itu sama suami. takut dicap mantu malas.. huhuhu piye iki?

    ReplyDelete
  9. JawabNngJa so pasti penting sekali tuh berbagi jadwal dengan suami
    Keren artikel na

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah suamiku selalu sukacita bantuin segala pekerjaan domestik di rumah. Soalnya udah komitmen dari awal nikah, kalo kita ga dibantu ART, jadi semua kerjaan ya dikerjain bareng-bareng...

    ReplyDelete
  11. berbagi tanggung jawab atas kerjaan rumah tangga dengan isteri dan suami wajib tuk kerjasama

    ReplyDelete
  12. berbagi tugas domestik itu penting bangets untuk membantu suami dan istri... terutama membantu istri supaya gak cepat tuir karena ngurusi kerjaan rumah dan anak mulu... hahaha... Saya dan suami juga selalu berbagi tugas domestik. Biasanya urusan masak, nyeterika, dan bersih-bersih dalam rumah jadi tugas saya, sementara suami itu nyuci dan bersih-bersih luar rumah. Nah yang pasti kalau pagi (weekday), saya masak dan nyiapi segala sesuatunya, doi ngurusi mandikan crucils dan suapi para crucils yang nak ke sekolah.

    ReplyDelete
  13. Suami sama istri udah dipersatukan secara sah harusnya ngerjainnya juga barengan dong. Jangan semua dikerjain istri terus suaminya bengong ga jelas.

    Istri juga harus berani bilang kalo suaminya lagi bengong buat bantuin dia. Biar sama-sama enak!

    ReplyDelete
  14. Banyak juga istri yang g mau dibantu ama suaminya. Alasan kebanyakan, nannti kerja 2 kali. Daripada nyusahin, sekalian aja g usah ikut campur.

    ReplyDelete