Nyari foto pas jaman kuliah, eh ketemu foto-foto sebelum pada berjilbab. jadi post ini aja deh.
Saya ingin jujur, bahwa selama 7 tahun saya menuntut ilmu dalam bidang akuntansi sedikitpun tak pernah ada cinta diantara kami. Tiga tahun mengenyam bangku SMK Kartini, dan empat tahun kuliah S1 Akuntansi di UMRAH, nyatanya tak mampu membuat saya mencintai Akuntansi.
Salah Jurusan
Saat lulus SMP, saya memiliki teman dekat yang sangat akrab sejak kelas 1 SMP namanya Siti. Kami semakin dekat, segala aktifitas kami lakukan bersama. Hingga kami adalah satu paket, dan nama pun sering tertukar. Karena kedekatan inilah, saat teman saya ini memutuskan melanjutkan di SMK dan memilih akuntansi, saya tak punya pilihan selain mengikutinya. Saat lulus SMP, saya tidak memiliki target maupun arah tujuan. Asal ada teman, gak masalah lah dimanapun saya berada. Itu pikir saya saat itu.
Semakin bertambahnya tahun dalam bersekolah, saya terjerumus di kelas percobaan Internasional yang sehari-harinya menggunakan bahasa Inggris.Ya, kelas kami satu-satunya yang di uji cobakan untuk taraf internasional. Selama tiga tahun kelas kami tidak di bongkar pasang layaknya kelas lain. Kami pun makin solid karena terus bersama. Saya makin menyadari, bahwa saya sama sekali tidak menikmati kelas akuntansi dan berhitung lainnya. Akuntansi, pajak, matematika bisnis dan pelajaran berhitung lainnya membuat saya bosan dan kebanyakan melamun. Hasilnya saya sulit sekali fokus dan paham tentang apa yang dijelaskan oleh guru.
Saya lebih senang menghabiskan waktu di perpustakaan. Membaca novel, majalah, koran dan buku-buku umum yang jauh dari akuntansi.Saat harus membaca buku akuntansi, tidak sampai 1 lembar saya akan tertidur. Beratnya perjuangan sekolah kala itu. Standar kelulusan ulangan (Kuis) dalam setiap chapter akuntansi adalah 8. Maka jika saya tidak mencapai angka ini saya akan terus mengulang untuk ulangan hingga nilai saya 8. Guru saya hafal tingkah saya ini. Begitu pun matematika, batas minimal adalah 7. Maka jika saya tidak mendapat nilai 7 dalam sebuah kuis, siap-siap saya remedial hingga nilai itu tercapai. Pelajaran yang paling menonjol saat itu adalah Bahasa Indonesia. Mudah bagi saya saat harus mengarang, membuat tulisan, diskusi apapun yang berhubungan dengan Bahasa Indonesia. Pada mata pelajaran ini, boleh dikatakan saya menonjol. Kemudian saya ingat ulang. Saat SMP pun saya termasuk menonjol di pelajaran Bahasa Indonesia hingga kadang dipercaya guru saya untuk mengoreksi soal ulangan harian teman-teman sekelas saya.
Akhirnya saya lulus SMK dan terbuka lah peluang untuk meninggalkan akuntansi. Namun apa yang saya lakukan ? Saya kembali terjebak di Akuntansi.
Masih di Akuntansi
Sebenarnya saya sudah di terima di UIB jurusan Hukum. Sudah lulus tahapan test. Saat tes saya ditemani teman baik saya ini juga. Namun entah kenapa saya condong mengikutinya untuk kuliah di Politeknik. Test ulang, saya ambil jurusan akuntansi. Di terima juga di Politeknik. Saat melihat lebih detail, saya terpukau dengan kegiatan mahasiswa Politeknik. Rasanya aura mahasiswanya hidup. Akhirnya saya meninggalkan UIB dan mendaftarkan diri di Politeknik. Kembali mengambil jurusan akuntansi. Hanya ada 3 pilihan saat itu. Elektro, IT dan Akuntansi.
Memasukki semester 2, saya berjilbab dan benar-benar serius berorganisasi. Bukan serius kuliah. Hasilnya nilai saya pas-pasan. Salah seorang dosen saya (mungkin sekarang masih aktif mengajar di Politeknik) beliau bertanya "Kenapa kamu masuk akuntasi ?" Saya ketawa. Namanya Pak Muslim. Kemudian saya sering bertukar buku bacaan dengan bapak ini. Tentu saja bukan buku akuntansi. Terakhir beliau meminjam buku saya, dan saya lupa hingga sekarang judulnya apa. Hahahaha
Semester 4 saya pindah ke UMRAH (Universitas Raja Ali Haji), saya bertemu dengan dosen saya Ibu Aprilia Rambe. Dosen ini juga sempat mempertanyakan pilihan saya tentang akuntansi. Namun sudah terlanjur saya menghabiskan waktu di bangku kuliah dengan akuntansi. Tidak mungkin saya mundur dan memilih jurusan baru sesuai dengan minat. Saya habiskan masa S1 saya dengan akuntansi. Walau saat menggarap skripsi saya hampir masuk Rumah Sakit. Tiba-tiba muntah-muntah, mau pingsan, badan panas. Kondisi sakit di sebuah kost-kostan jauh dari orang tua. Saya menangis sedih. Dan jelang 1 hari sebelum sidang, laptop saya jatuh layarnya pecah. Tidak punya back-up data. Menangis mencari bantuan agar bisa memindahkan data skripsi dan powerpoint, akhirnya di tolong Nata, Anak Kammi Tanjung Pinang. Ia meminjamkan Infocus untuk saya memindahkan data skripsi. Jika di ingat, pahit sekali perjuangan untuk sidang Skripsi. Maka saat ditanya S2, jelas saya tolak. "Tidak !"
Menemukan Passion
Semakin aktif berorganisasi, saya semakin mengenal diri. Bertemu dengan teman-teman yang suka nge-blog saya ikutan aktif. Waktu itu jaman Raditya Dika sedang tenar-tenarnya dengan Kambing Jantan. Saya salah satu yang ngefans dan membuat tulisan sejenis kambing jantan sejak mulai lulus SMK. Saat kuliah, tulisan saya mulai sedikit terarah. Walau masih di dominasi oleh Curhat. Namun belum ada komunitas blogger ditahun 2008.
Sempat ilang dan meredup, dunia blog saya hadir kembali atas dorongan dari Mb Unna. Kami bertemu di Institut Ibu Profesional. Disinilah saya memberanikan diri menggunakan domain berbayar. Alhamdulillah, di dukung penuh oleh suami.
Saya masih ingat, saat suami membelikan saya laptop ini ketika awal menikah. Ia berkata "Nulis lagi dong dek, Salah satu yaang bikin cinta kan karena tulisan kamu" saya GR saat suami mengatakan ini. Dan terbitkan "Desytination" blog saya setelah menikah menggunakan wordpress. Akhirnya tidak saya lanjutkan dan saya fokus di blog ini.
Jika disesali, pasti saya menyesal karena merasa menyia-nyiakan kemampuan diri. Namun dari salah jurusan ini saya menemukan banyak hal. Dan anugrah terindah saya adalah Jilbab. Jika saya jadi kuliah di UIB, mungkin akan berbeda kisah. Jadi saya tetap menyukuri. Takdir Hidup. Namun drama salah jurusan ini tidak boleh terjadi di anak-anak saya. Cukup mamaknya yang salah jurusan. Anaknya jangan !
---
Terima kasih kak Icha sudah membuat saya jujur dan refleksi diri. Bahwa di balik salah jurusan, pasti ada hikmah.
Ahhhh Desyyy
ReplyDeleteDr awal baca sampe setengah kakak pikir mau cerita tentang hijab eh tenyata passion yaa..hahaha
Alhamdulillah yaa sekarang udh jadi mamak blogger, menjalani hobi yang membuahkan pundi2 rupiah..haha
Tetap semangat dan menebar manfaat yaa ibuk khalid
Semoga tulisan2 ibuk suatu saat nanti berguna untuk khalid dan insya Allah adik2 nya khalid ( yg terakhir tolong di bold yaa.. ) haha piss
Awalnya mau nulis itu kak.
DeleteTentang hijab.
Tapi tetiba malu.
wkwkkw
jadilah salah jurusan aja.
Emang tulisan mamak khalid bagus kok. Klo ga salah jurusan dan mendalami literasi dri dulu. Mungkin sekarang udah setenar kambing jantan ehhhh maksudnya setenar raditya dika
ReplyDeleteAahh.
DeleteMba put bisa aja siih.
makasi yaa
MasyaAllah ibuk,perjuangan banget ya menjalani apa yang bukan passion diri.Btw kok bisa pindah ke UMRAH itu kenapa?
ReplyDeleteAlhamdulillah sekarang sudah menemukan passionnya, terus semangat menginspirasi dan berbagi ya mak. Sy pun penikmat tulisan2mu :)
Dulu itu Poltek dan Umrah akan di gabung.
Deletetapi karena tuntutan D3 tinggi di Batam. Akhirnya tidak jadi gabung. Kami disuruh milih. Lanjut D3 atau pindah ke Umrah s1.
nah kami memilih S1 di Umrah.
Jadi dua tahun di poltek.
Dua tahun di Umrah.
hahahha
si ibuk yang satu ini emang ruaarrrr biasa ya. makin keren jadi mamak mamaknya.... dan perjuangannya agak khalid gk salah jurusan.
ReplyDeletemakasi mab lumii..
DeleteHihihi...baca soal jurusan jadi ingat zaman kuliah yang memang ngasal banget pilih jurusan. Yang paling gampang pilih aja. Kalau saja dulu sadar kalau passion-ku yang sebenarnya ada di gardening pastilah akan memilih jurusan pertanian. Tapi sudahlah, semua sudah terjadi. Pasti ada hikmah di baliknya ya kan? Meskipun kerjaan juga nggak nyambung sama jurusan waktu kuliah. Hehehe...
ReplyDeleteHore !
DeleteAda kawan.
wkwkwkkw
semangat mbak
sekarang sudah bisa melanjutkan gardening nya kan.
Wah terkadang begitulah hidup ya dihati pengen ini pengen itu tp kenyataannya dapetnya itu hahaa, seruu baca ceritnya nih. Apalagi pas dapat passionnya nih
ReplyDeletehehehe
Deleteiya bener bang.
begitulah hidup :)
Semangat mamak Khalid💪
ReplyDeleteSemua ada hikmah ya Mak, skrg alhamdulillah uda ketemu passionnya ya
Iya Alhamdulillah.
Deletesesungguhnya tidak ada yang sia-sia ya mba lilies :)
Banyak tuh kawan-kawan kuliahku mirip bgini kisahnya 😊
ReplyDeleteGenerasi salah jurusan ya.
Deletehahaha
huaaaaa saya juga pusing sama akuntansi ... berapa kali remedial di beberapa mata kuliah akuntansi
ReplyDeletekarena waktu itu jurusan saya IPS dan mau ambil fakultas komputer akan tetapi hanya bisa di jurusan komputer akuntansi
nasib tidak akan bisa diubah jikalau kitanya tidak mau merubah
pada akhirnya ketika melanjutkan ke jenjang yg lebih tinggi, saya mengambil Sistem Informasi ... dan agak agak sesuai dengan passion
tq kak ... atas sesi curhatnya ... hiks hiks
Beruntung bang masih sempat melanjutkan pendidikan sesuai passion.
Deletelah aku ?
tak berkesempatan.
wkwkwkkw
Deimn!!! baca ini tulisan serasa ngaca ama pengalaman sendiri. hiks (next time aku cerita). But in life, jalan kita bukan jalan takdir Pencipta. Terjadi semua atas kehendakNya. itu benar apa adanya mba. Tapi percayalah Rencana Tuhan (passion yg akhirnya didapat) pasti hasilnya warbiyasak... :)
ReplyDeletewah.
Deletejadi penasaran kisahnya kak.
ditunggu tulisannya.
gak sabar mau baca.
hahahha
tapi kadang gegara kita salah jurusan dan ketika kita yakin salah dan menemukan passion yang sesungguhnya rasanya berbinar banget yah mbak des, aku merasakan juga seperti itu heheh
ReplyDeleteiya bener mba.
Deletejadi memang ada hikmahnya yaa.
sabar aja.
dan jangan ulangi.
wkwkwkwkkw