Beberapa saat lalu, tepatnya di 18 Februari saya menawarkan Khalid untuk ikut kelas memasak membuat Pizza. Prediksi saya Khalid akan antusias karena sering "membantu" saya memasak. Apalagi membayangkan Khalid diberi kebebasan dalam berekspresi dan di ijinkan menyentuh bahan makanan dengan bebas. Namun ekspektasi dan realita sering berjauhan.
Acara dimulai jam 9 pagi. Artinya kami harus siap-siap sejak jam 8. Sudah di sounding sejak beberapa sebelumnya bahwa ia akan memasak pizza. Terlihat antusias dan kami pun berpikir positif bahwa anaknya akan menikmati.
Pagi itu, tiba-tiba mood Khalid buruk. Ia diajak mandi susah. Gampang menangis, setelah mandi memakaikan baju pun perlu negosiasi panjang. Akhirnya Khalid siap berangkat. Menuju KBC lokasi cooking class Pizza. Sarapan pagi pun ia ogah. Saat bertemu dengan teman-teman sebayanya makin sulit lepas dari Ayahnya. Diajak memakai celemek dan topi koki menolak. Dibujuk dengan snack akhirnya mau memakai celemek namun tetap bersikeras ogah memakai topi. Kami pun pasrah. Asal anaknya mau mengikuti kelas hingga usai sudah sebuah prestasi dengan mood yang buruk itu.
Sepanjang kelas berlangsung tidak mau jauh dari Ayah dan Ibunya. Setiap proses step by step harus di bantu ibunya. Untuk cuci tangan saja harus dibujuk lama. Akhirnya kelas dimulai, ia ogah-ogahan mengikuti perintah instruktur. Tibalah menunggu pizzanya selesai di panggang kami istirahat sejenak. Saya tawarkan sarapan pagi yang sengaja saya bawa dari rumah. Eh ternyata anaknya makan sendiri dengan lahap. Mungkin efek lapar juga. Makanya bad mood. Hahaha
Saat nama satu-satu dipanggil, tibalah giliran nama Khalid untuk maju. Khalid menolak. Akhirnya ibuknya yang mengambil pizza. Terlihat wajah senang saat ia menerima pizza. Mungkin merasa buatan sendiri, jadi ada rasa bangga. Setelah menerima pizza ia langsung merengek minta pulang. Akhirnya kami segera pulang dengan membawa Pizza dan sertifikat memasak Khalid. Sesampai di rumah, Ia langsung memeluk boneka Monkey kesayangan Khalid dan langsung tertelap. Ngantuk Mak anaknya !
Berkebun di 3leaves garden
Lain lagi cerita saat kami mengikuti kelas berkebun di 3 leaves Garden. Saya sudah agak pesimis dan hampir saja membatalkan. Namun rasanya sungkan karena sudah mendaftar dan sertifikat Khalid sudah disiapkan panitia. Akhirnya tetap melaju walau saya merasa Khalid moodnya jelek banget pagi itu.
Acara dimulai jam 8 pagi. Rumah kami di Batam centre sedangkan lokasi 3 leaves Garden ada di Sei Temiang sekupang. Artinya kami jam 7 sudah harus berangkat dari rumah. Drama dimulai, mandi dan memakai baju sangat sulit. Ayahnya hari itu ada kerjaan, terpaksa kami berangkat berdua dan nebeng Mba Moniq. Awal keberangkatan terus menanyakan Ayahnya. Khalid kalau hari libur emang gak bisa lepas dari Ayahnya. Jadilah faktor ini salah satu penyumbang bad mood pagi itu.
Sarapan di mobil lumayan banyak. Di mobil pun terlihat ceria. Saya mensugesti Khalid dan diri bahwa hari itu akan menyenangkan. Setelah perjalanan lebih dari 30 menit. Sampailah kami di lokasi. Kebun yang luas. Tanaman hijau terhampar, cuaca cerah. Hari sempurna untuk berkebun. Saat turun dari Mobil, Khalid sudah menunjukkan gelagat aneh. Ia mengajak kembali menaikki mobil. Saya terus membujukkan untuk kebawah melihat Kebun.
Beberapa kali teriak panas, dan mengajak kembali ke mobil. Saya masih bertahan membujuknya. Akhirnya ia menangis meraung-raung sambil menarik baju saya. Meminta kembali ke mobil sambil berteriak panas. Untuk menghibur, saya tawarkan untuk video call dengan ayahnya. Ternyata ayahnya gagal membuat Khalid ceria. Ia masih terus menangis. Dan kali ini minta pulang. Saya kebingungan, lokasinya tidak tau persis dan nebeng pulak menuju lokasi. Daripada saya paksakan dan anaknya menangis sepanjang acara, akhirnya saya memilih pulang dengan taksi online Jadi kami tidak sampai 10 menit berada di 3leaves Garden.
Menunggu taksi online lebih dari 30 menit. Karena taksinya pun bingung dengan lokasi kami. Map yang di kirimkan ternyata tidak akurat. Saat menunggu, Khalid bilang mau "eek" ! Aiih ! Kalau kembali lagi ke kebun jalan lumayan jauh. Akhirnya saya gendong Khalid dan bujuk untuk menahan hingga kerumah. Bolak-balik telp taksi online, akhirnya kami bertemu dan langsung pulang. Tidak lama di mobil Khalid pun sudah tidur nyenyak.
Membawa anak usia 2 tahun 10 bulan ke alam memang bukan hal yang mudah. Persiapan saya kurang matang. Jadilah anak rewel sepanjang acara.
Belajar dari pengalaman, saya ingin membagikan tips agar acara anak berlangsung bahagia dan lancar :
- Lihat jam dimulai acara, jika terlalu pagi sebaiknya jangan. Memaksa anak untuk bangun lebih pagi dan langsung mandi akan memperburuk moodnya
- Sediakan snack atau minuman favorit. Senjata untuk negosiasi dengan anak jika anak tidak mau mengikuti kelas
- Saat ke outdoor, pastikan membawa payung kalau perlu kipas angin portable. Khalid tidak tahan panas. Harusnya saya membawa payung, selain bisa mengalihkan perhatiannya dari menangis payung juga meneduhkan
- Kalau bisa ajak Ayah dan Ibunya secara lengkap. Karena anak akan lebih semangat jika ditemani ayah dan ibunya.
- Perhatikan rentang usia yang diperbolehkan mengikuti kegiatan. Jika belum cukup usia, sebaiknya jangan dipaksa ikut.
Semoga lain kali saat mengajak Khalid berkegiatan, mamaknya bisa memilih kegiatan yang benar-benar disukai Khalid. Hihihihi
Jadi tidak ada drama mogok aksi saat acara berlangsung. Amiin
Hehehe, masyaallah anak sholeh. ..
ReplyDeleteZaltan ku juga kurang antusias ikut kelas belajar mak Des, jadi kami cuma nganter teteh Zee aja itung2 ngenalin Zaltan ke acara2 serupa.
Semangat maakk
Jangan kan Khalid yang masih balita, yang dewasa aja kalo mood nya kurang bagus juga malas malasan ikut kegiatan,walau schedulenya sudah ditetapkan,. karena memang suasana hati memang susah ditebak..hehehe
ReplyDeleteSemangat buat bang khalid..yang penting dia sudah terbiasa dengan lingkungan yang ramai orang..
wah bang khalid makin pinter. setidaknya si abang dah mau nyobain. semangat bang khalid
ReplyDeleteSemangat ya bang Khalid, semoga ke depannya terus mau belajar yahh :*
ReplyDeleteAnak-anak memang susah ditebak ya mbak. Hihihi...anak saya walau banyak tanaman di rumah, bener-benar nggak ada minat sama sekali dengan urusan berkebun. Kalau diajak berkebun tetap aja nggak mau. Padahal, kadang ada anak sebayanya yang rela mengumpulkan uang jajan demi beli tanaman. Ini banyak tanaman menyentuh pun nggak mau..
ReplyDeleteKhaliiid..... Nanti ikut lagi sama Dek Maryam yaaaa...
ReplyDeleteDuh perjuangan banget ya Des. Kalau kurang sabar bikin naik tensi. Salut dengan ibu-ibu yang bisa bersabar menghadapi bad mood anak-anak yang lagi parah-parahnya. I feel you.
ReplyDeletememasak adalah salah satu hobi ... ketika kita masih bujang
ReplyDeleteakan tetapi memasak di kala mempunyai keluarga, adalah salah satu kegiatan beribadah yang sangat dianjurkan
dalam rangka membina keakraban dan keharmonisan keluarga, dan juga berpahala
Semangat Khalid, yang penting tetap semangat ikut sampai akhir. Susah banget loh bikin anak bertahan apalagi dalam kondisi bad mood..
ReplyDeleteMungkin anaknya hobi berkebun dibanding memasak... Wah seru ya kegiatan anak zaman sekarang
ReplyDeletemood anak itu ga bisa diprediksi ya
ReplyDeletejd harus benar benar paham dan kita ga bisa paksa jika ia tidak mau
kalo dipaksa bikin mood ibunya juga meledak hahaha