Berkesempatan berkunjung ke Poyotomo dalam family trip membuat kami para orang tua memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk berdiskusi. Jarang sekali bagi kelompok kecil kami dalam Keluarga Homeschooling Muslim Batam berkumpul dalam format lengkap. Terhitung ada 6 orang yang artinya ada 3 pasang suami istri. Kami memang merencanakan diskusi malam ini. Istilah bekennya Parentalk. Kami diskusi mengeluarkan unek-unek. Mulai dari asal mula kenal Homeschooling hingga mantap menjalani proses pendidikan ini untuk anak-anak kami.
ful tim Keluarga Homeschooling Muslim Batam |
Dimulai dari pertanyaan sejak kapan mengenal HS (Homeschooling) mengalirlah diskusi kami malam itu. Mendapat jatah untuk berbicara duluan adalah Pak Taufik alias Pak Suami. Kami memang paling duluan mengenal dan bertekad menjalani HS ini. Suami bahkan memutuskan HS sejak sebelum menikah. Salah satu pesonanya yang sulit ditolak kala itu saat ia mengajak menikah adalah pengajuan sistem pendidikan yang dia tawarkan kepada saya dan anak-anak kami kelak. Walau ragu dengan kemampuan diri, namun saya yakin mengikutinya.
Saat Para Mamak berpose |
Usia pernikahan kami paling muda diantara 3 ketiga keluarga ini. Kami pun baru memiliki satu putra. Praktis kami kalah di pengalaman. Selanjutnya kami membicarakan kendala-kendala yang dihadapi bagi praktisi HS.
Kendala yang biasanya sering muncul di permukaan adalah sosialisasi anak HS. Bagaimana ia menemukan teman, bagaimana ia berinteraksi, bagaimana menumbuhkan sikap luwes saat bertemu dengan teman, bagaimana membangun aksi sosial dan bagaimana ia mampu bekerjasama dengan teman padahal ia sekolah dirumah tanpa teman.
Kadang kita sebagai orang tua lupa, bahwa teman sesungguhnya anak adalah orang tuanya. Kitalah yang menawarkan pertemanan terlebih dahulu. Tak melulu kan kita bertindak sebagai orang tua yang omongan selalu di dengar ? Saat bermain peran kitalah teman beraktingnya. Saat membaca buku, kitalah yang dimintanya untuk membacakan buku. Saat anak bercerita, kitalah temannya untuk mendengar. Jadi kami sepakat, interaksi sosialisasi anak HS bukanlah masalah.
Asyik bermain air |
Bagaimana kami mengatakan itu sebuah masalah, jika pergaulan anak TK sekarang dengan mudah membully temannya ? Dengan mudah membentuk geng, dengan mudah mengatakan ingin punya pacar ? Duh. Jika sosialisasi anak yang ditawarkan seperti ini. Saya akan dengan sigap menutup akses anak saya untuk berteman dengan anak jenis ini.
Bukan sombong, ini demi menjaga fitrah anak. Saya merasa tidak mampu membersihkan pemikiran anak saya yang sudah tercemar sebelum memiliki pengetahuan yang cukup atas apa yang dia ucapkan. Maka dari itu, Saya selalu mengikuti kemana anak saya bermain saat outdoor activity. Saya paham, bahwa anak masanya adalah bermain. Kecerdasan mereka sedang berkembang pesat. Ia cepat menangkap kalimat negatif, cepat antusias terhadap hal baru dan memiliki rasa penasaran tinggi. Maka tak mungkin saya terus mengurung Khalid agar selalu dirumah dan mati-matian memfilter pergaulannya tanpa menanamkan bekal agar ia siap bersosialisasi dengan lingkungannya.
Saling menjaga antar keluarga |
Selain itu, ada anak yang memang supel. Tak butuh waktu lama untuk memulai interaksi. Ia akan mudah berkenalan dan memulai percakapan. Ada pula anak yang berjiwa pemalu. Butuh waktu lama baginya untuk observasi lingkungan sekitar. Semua hanya butuh stimulan. Dimana ia berada dan bermain, tak menjadi soal dengan siapa ia berhadapan.
Jadi bagi kami, penting dalam menentukan dengan siapa anak bersosialisasi. Karena sosialisasi saat ia masa kecil adalah cikal bakal yang membentuk keperibadiannya.
Yuk mak,
sama-sama kita jaga anak kita dalam bersosialisasi.
Anak HS maupun anak sekolah regular, poinnya adalah tetap mewujudkan lingkungan sosialisasi yang aman dan nyaman bagi anak.
Dan semuanya dimulai dari keluarga :)
Di tempat saya lingkungannya gak terlalu banyak anak kecil aeumuran anak saya, kebanyakan usianya di atas dan di bawah dia, jadi kadang kasihan juga karena kalau main suka nggak ada kawannya. Jadi takut ada konflik batin dalam bersosialisasi.
ReplyDeleteAjak ktmuan sm anak seusianya teh.
DeleteMisalkan ke club olahraga atau kesenian.
Hehhehe
Selalu salut sama parents yang ikutin program HS karena komitmennya luar biasa euy. Walopun belom nikah suatu saat aku juga mau HS aja rencananya.. makanya lagi mulai nyari nyari tau nih.. :)
ReplyDeleteWah bener mba.
DeleteRencana HS keluarga kami pun dimulai sebelum menikah :)
Setuju, meskipun saya belum berumahtangga, bersosialisasi lepas dari gadget amat penting dilakukan, apalagi untuk anak-anak masa kini, mereka butuh interaksi dengan lingkungan dan orang-orang. Kadang miris ketemu anak-anak yang kadang ssah merespon orang lain atau menghindar bertemu orang baru.
ReplyDeleteKrn terlalu asyik dg gadget ya kak :(
Deletewah, Poyotmo sudah ada gajahnya sekarang ya, jadi homeschooling rencananya sementara atau seterusnya mbak?
ReplyDeleteWkwkwkw
DeleteGajahnya di safari Bintan kak.
Insyallah sampai SMA kak.
Cuma klo suatu saat anaknya punya kecenderungan sekolah atau ingin mengetahui dunia sekolah regular, mgkin dipertimbangkan utk sekolah.
Semua kembali ke anak :)
kenapa pilih homeschooling kak? homeschooling itu memanh harus punya komitmen yang kuat di antara kedua orang tua dulu ya baru bisa menerapkannya dengan baik. jadi saling mendukung kalau salah satunya mulai lelah. bagus ya pak suami sudah memiliki komitmen untuk homeschooling jadi bisa saling menguatkan.
ReplyDeleteSebagai orang tua, kami tidak sanggup melawan arus keburukan dunia luar.
DeleteJd kami ingin mengokohkan anak dr dalam rumah kami.
Bener.
HS harus kesepakatan suami dan istri mba.
Jgn sampe saling salah saat tumbuh kembang anak tidak sesuai ekspektasi.
Hehehhe
home schooling ... saya masih bingung untuk menerapkan sama anak,
ReplyDeleteberhubung baru 3 tahun, mau coba dulu homeschooling dari ibu dan bapak
semoga bisa
anyway ... ini keren banget lho tulisan
hehehehe
seperti apa yang ada di benak saya kemarin ... pas lagi curhat sama isteri
Bener pak.
DeleteHrs dimulai dg komitmen sama pasangan dulu.
Biar kompak :)
hmm... home schooling.
ReplyDeleteadalah orang tua yg luar biasa menurut sy
karena sy blm mampu
apalagi sbg ibu bekerja
apalagi anak cuma 1 dan termasuk "keras" dgn ortu tapi bisa "lunak" dgn orang lain spt guru di sekolah
untuk membentuk akhlak anak yg baik saya memasukan ke sekolah islam terpadu
dan memang nampak perubahannya
bahkan kami yg ikut mendapatkan pelajaran darinya
Bener mba.
DeleteMemilih sekolah yg tepat itu keharusan.
Jgn sampai anak salah pergaulan krn salah sekolah :)