Tuesday, December 19, 2017

,

Yatim Piatu Sebelum Waktunya


Hal paling menyedihkan di dunia ini adalah di tinggal pergi orang tua untuk selama-lamanya. Tapi lebih menyedihkan lagi yatim piatu dengan kondisi orang tua masih hidup. Bagaimana bisa orang tua masih hidup namun sudah menyandang status yatim piatu ?

Baiklah,
Ada hal yang mengganjal beberapa minggu ini.
Tentang seorang anak, yang orang tuanya sibuk bekerja.

Bukan, saya tidak sedang menghakimi working mom atau apa istilahnya.
Saya pernah kok menjadi working mom selama 1 bulan. Dan itu perasaan terburuk saya sebagai ibu. Alhamdulillah hanya bertahan 1 bulan. Kemudian saya resign melanjutkan tugas sebagai IRT.

Banyak.
Banyak yang working mom namun anak sukses terdidik, dapur tetap menghasilkan masakan enak dan kondisi rumah tetap rapi. Banyak yang mampu seperti itu. Walau bagaimanapun, working mom, full time mom adalah pilihan. Goalnya tetap akherat ! bersama anak di Syurga. Jika mampu menggapai goal tersebut, tak soal working mom atau full time mom. Asal goal terwujud.

Ijinkan saya berkisah.
Semoga tidak melukai siapapun.
Syukur jika ada yang tersentil dan kembali acuh pada anaknya. Aamiin.

Ingatkah mak saat pertama kali melihat garis dua di alat uji kehamilan ? Haru, bahagia, deg-degan, gemetaran dan gelisah. Campur aduk. 90% adalah rasa kebahagiaan.
Bagi emak, babak baru dalam hidupnya dimulai. Ada nyawa manusia didalam perutnya. Manusia yang tak pernah bisa memilih, akan diperut mana ia di kandung. Manusia yang sudah di jamin Alloh rejeki, maut dan jodohnya.

Hamil.
Segala hidup berubah. Makanan menjadi teratur, perhatian bertubi-tubi dari keluarga. Disayang suami, dijaga segala kebutuhannya terpenuhi. Berat memang kondisi ini. Jalan susah, mual mabuk panjang, nyeri perut, napas ngos-ngosan dan sederet penderitaan yang dijanjikan Alloh sebanding dengan pahala jihad. Namun kita bahagia bukan menjalaninya ? Kita bahkan jatuh cinta pada manusia yang tak pernah mampu kita lihat wujudnya selain dari USG selama di perut. Segala keperihan saat hamil kita jalani dengan penuh rasa syukur. Inilah indahnya kehamilan.

Melahirkan.
Gambaran seram tentang melahirkan sudah terlintas di otak. Taruhan nyawa kata orang. Bahkan yang lebih ekstrim lagi mengatakan "proses lahiran itu sama saja kaki sudah tertanam di tanah" saking beratnya proses melahirkan ini. Namun kita mampu kan mak ? terlepas itu melalui vaginal birthing atau caesar. Sah menjadi emak.

Tiba ia mengenal dunia.
Tumbuh bertahun-tahun tanpa dekapan ibunya.
Lebih sering mendengar bentakan dari pada pujian.
Hingga berusia 5th.

Hari ini,
saya kembali melihatnya.
berseliweran di sekitar rumah tanpa alas kaki.
Seperti biasa, keadaan belum mandi dari pagi dan baju pun ala kadarnya.

sudah selama seminggu lebih ia betah sekali dirumah.
Dari pagi menjelang sore tak mau keluar rumah.
Kadang tiba dirumah dengan kondisi lapar. Matanya menatap tajam makanan di meja.
"Ambillah"
Tanpa menunggu aba-aba dua kali, ia sudah menggenggam full makanan ditangannya.

Tau kah aplikasi parenting terbaik dari segala ilmu yang dimiliki ?
Memperlakukan anak orang selayaknya anak kita ingin di perlakukan.
Tanpa dilihat orang lain.
Bisakah adil ?
Tak ikutan latah membentak dan memenangkan anak kita saat ia berebut dengan darah daging kita ?

Berat Mak !
Rasanya anak kita selalu benar.

Hingga rumah kami di datangi satpam.
Di ingatkan untuk menjaga jarak dengan anak tersebut.
Liar !
itu katanya
pun begitu tetangga silih berganti mengingatkan untuk menjaga jarak dengan anak itu.

Anak itu lari sekencang mungkin mendengar bentakan satpam.
"Sini kau !"
Degh !
Jantung ini berdegup kencang.
Bagaimana bisa orang lain membentak seorang anak dengan tujuan menghardik dan menakuti.
Jika itu adalah anak kandungku.
Jelas, Saya tidak akan terima.

Ada perasaan lega,
saat anak ini tak lagi muncul kerumah.
namun ada perasaan sedih.
Saat melihatnya hujan-hujanan sendirian tanpa alas kaki.
bermain diperkarangan rumah.
Memanggil-manggil nama Khalid minta dibukakan pintu.
Mengintip Khalid dari bawah pintu.

Aah..
ibu mana yang tak retak hatinya melihat pemandangan ini.

Namun saya di ingatkan kembali oleh tetangga.
"mamaknya marah bu kalau kita kasih makan anaknya"

Hmm.
demi harmonisasi antar tetangga.
sebaiknya saya menutup diri.
Apalagi memang penduduk baru.
Sudahlah.

Terlebih ia membawa dampak negatif untuk Khalid. Bahasanya kasar.
Dan senang memonopoli mainan.
wajar.

Orang tuanya cukup berada.
Memliki mobil.
Keduanya bekerja.
Ayahnya di instansi pemerintahan.
Ibunya di Perusahaan di Muka Kuning.
Kakaknya sekolah SMA.
Abangnya sudah masuk pesantren karena suka mencuri di sekitaran komplek.
Tinggallah ia seorang diri. Hingga malam tiba. Entah bagaimana ia makan. Gak sanggup mencari tau.

Tidakkah merasa bahwa anak ini bisa menjadi ancaman bagi kedua orang tuanyanya jika salah mendidik ?
Ia dibiarkan hidup tanpa bantuan orang tuanya.
Bagaimana jika ia tumbuh menjadi anak durhaka atau terlibat kenakalan remaja karena memang tak pernah diasuh dengan baik ?
Bagaimana ?

Mencari uang.
Harta.
Untuk menghidupi anak.
Itu alasannya.
Hingga tega membiarkan anak hidup seorang diri.

Sebandingkah uang dengan kehilangan ikatan hati dengan anak ?
Sebandingkah uang yang dicari mati-matian namun saat kita mati tak satupun anak mampu melafazkan qur'an untuk kita ?
Sebandingkah uang saat anak lebih nyaman berjauhan dengan orang tua daripada berada didekatnya ?
Sebandingkah uang dengan kehilangan masa emas perkembangannya hingga menghilangkan potensi cemerlang anak ?
Sebandingkah uang dengan mainan serba mahal yang mampu kita belikan untuk mengganti kehadiran ayah ibunya ? Hingga ia lebih butuh mainan dari pada kasih sayang ?
Sebanding kah mak semua itu ?
Sebandingkah ???

Duh.
Sungguh !
saya pun tak mampu menjawab itu semua.
Hanya mata saya semakin berat. Ingin menangis.

Saya kembali mengingat momen.
Saat anak itu mengatakan "tante, lapar"

Malam itu hujan gerimis, saya keluar dan melihat ia berlarian tanpa sandal menembus hujan menjauhi rumah.
Mobil terparkir digarasi rumahnya. Menandakan orang tuanya ada.
Mencoba mendekat dan menyuruhnya pulang. Terlihat biru di pipi kirinya.
Ahh. Tak mampu nak bertanya sebab pipi birumu.
Hanya menyuruhnya pulang, sesaat kemudian teriakan memanggil namanya terdengar.
Ia pulang, walau langkahnya tak secepat saat ia meninggalkan rumah.

Ibu dan Ayah..
Pulanglah.
Peluk ananda.


-Menulis disela-sela bermain peran dengan Khalid menjadi Kucing-
Share:

18 comments:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Innalillahi,,,adalah orangtua yg tak berhati seperti itu?

    ReplyDelete
  3. Maakkk.. Kasiaann kalii.. Galau kali lah pasti ibuk ni ya..mau bantu tp gmna..huhuu..

    ReplyDelete
    Replies
    1. tau banget sih mb vidi. iyaa.
      aku galau dan remuk redam.
      hiks

      Delete
  4. Innalillahi.. semoga dibukakan pintu hati orang tua anak itu ya mba..

    ReplyDelete
  5. Itu anaknya ga di titipin ke pembantu, baby sitter atau keluarganya ya des..
    Astagfirullah ga kbayang anak sekecil itu drmh sendiri...
    Yg kyk gitu bisa di laporin ke Dinsos ga sih? atau RT/RW dulu

    ReplyDelete
    Replies
    1. ada kakaknya sih kak.
      tapi kakaknya sekolah. pulang siang.
      cuma ya itu.
      anak jaman now you know lah..
      :(

      Delete
  6. Baru 5 tahun ditinggal sendiri? ya siapapun pasti menilai kesalahan ortunya Des. Kalau saya rasanya justru pasti belain anak orang, soalnya biasanya Ziqri yang ngerebut mainan huuhuhuhuhu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anaknya memang agak beda mb. kalau maen suka kasar. mungkin karena hidup yang dia jalani biasa kasar :((

      Delete
  7. Cerita yang waktu itu.. membaca lagi ternyata lebih sedih :(

    ReplyDelete