Teh Patra dan Kang Kamili |
Hari ini berkesempatan hadir dalam Private Class Serba-Serbi Homeschooling bersama Teh Patra. Alhamdulillah, suaminya hadir dalam pertemuan kali ini. Bahkan saya merasa terpuaskan saat suami Teh Patra sendiri yang mengutarakan atau menjawab serba-serbi HS dalam pandangannya sebagai suami dan kepala keluarga.
Hal yang paling menarik dari HS keluarga Teh Patra adalah Musyawarah. Setiap keputusan baik kecil maupun besar selalu di musyawarahkan. Dan sebagai kepala keluarga, suami Teh Patra berkomitmen dalam menjalankan keputusan itu walaupun tidak semua keputusan itu menyenangkan.
Penitik berat gaya HS dalam keluarga Teh Patra adalah mengenali Potensi pribadi anak. Jika orang tua mengenali potensi anak, maka akan mudah menemukan metode belajar yang tepat. Dan setiap anak memiliki gaya belajar masing-masing. Bahkan setiap anak juga memiliki daya tangkap berbeda walau berasal dari guru yang sama.
Peserta Private Class Serba Serbi HS |
Dalam keseharian, suami Teh Patra sibuk. Untuk anak usia SMP maka suami memiliki peran besar. Disela kesibukan tetap menjadi guru bagi anak-anak. Tak jarang evaluasi dilaksanakan melalui media online. Kang Kamili, suami Teh Patra lebih menitik beratkan pada Kualitas pertemuan bukan durasi pertemuan.
Dalam perbincangan hari ini, terlihat bahwa tauladan menjadi gaya belajar keluarga mereka. Kedua orang tua menyukai belajar dan buku. Maka wajar jika anak mengikuti cara belajar orangtua.
Dalam pengenalan buku, mereka mengajarkan secara bertahap kepada anak. Begitu pun untuk Bahasa. Dalam keluarga mereka, usia SMP sudah menguasai bahasa inggris yang menjadi modal pembelajaran mandiri. Unik menurut saya dalam pengenalan bahasa. Keluarga ini tidak menyaran memberi tahu terjemahan bahasa Indonesianya. Biarkan anak memahami sendiri.
Panitia dan Teh Patra |
Hal menarik lainnya adalah rapor. Keluarga ini tidak memiliki rapor bagi anaknya yang biasa dimiliki oleh keluarga HS lainnya. Keluarga ini memiliki portofolio yang kemudian digunakan untuk mendaftar kuliah, contoh anak pertama mereka yang telah sukses mendapat beasiswa kuliah di Qatar.
Saat di tanya mengapa memilih menguliahkan anak S1 di luar negeri, ternyata keluarga ini bercita-cita anak-anak mereka menjadi penduduk dunia. Global Citizen. Mengingat ini, sama hal dengan cita-cita ayah Khalid untuk Khalid dan adik-adiknya kelak.
Jadi anaknya kelak, diharapkan mampu menjadi solusi dunia atas setiap permasalahan yang dunia ini hadapi. Jadi jangkauan bukan lagi Indonesia namun dunia. Duh, cita-cita yang keren.
Keluarga ini mengajarkan bahwa, setiap anak memiliki potensi unik yang harus dicermati dengan baik. Potensi ini kemudian diarahkan untuk menebar manfaat bagi dunia. Selain itu, keluarga ini fokus akan tujuan akhir anak. Jika memang ingin kuliah di luar negeri, maka step by step untuk meraih itu harus segera dimulai sejak dini. Mereka memulai ketika SD. Menemukan bakat anak, membidik tempat kuliah kemudian memulai proses menuju sana.
Aaah..
booster dalam mendidik anak meningkat 1000x lipat !
0 comments:
Post a Comment