Sudah banyak dipaparkan tentang keburukan gadget bagi anak. Dari kerusakan mata, tantrum, speechdelay bahkan merusak otak. Berbagai hal yang paling saya khawatirkan adalah perkembangan otak dan emosi anak tidak maksimal jika terlalu dekat dengan gadget. Walau ada segi positifnya, namun keburukannya lebih banyak. Maka saya dan suami sepakat menghentikan akses gadget bagi Khalid.
Sudah hampir sebulan Khalid sama sekali tidak melibatkan Gadget dalam kesehariannya. Awalnya berat, namun ternyata bisa. Sekarang malah lebih aktif, lebih banyak berbicara, lebih banyak mengeksplor mainan dan alam.
Berikut saya berbagi tips dalam melepaskan ketergantungan gadget untuk anak kami :
- 1. Putuskan total
Ini adalah langkah terberat. Dalam waktu 1-3 hari akan ada drama rengekan yang kadang berujung tantrum. Jangan kuatir mak, ini adalah fase yang harus dilewati. Wajar, namanya juga kehilangan hal yang disukai. Saat menangis dan merengek, temani sambil sesekali utarakan alasan kita menghentikan layanan gadget. Kalau bisa, alihkan ke hal lain. Jika masih bersikukuh menangis, ya temani sambil terus berdoa agar hati anak dilembutkan. Tidak akan lama masa ini, temani dengan sabar.
- 2. Konsisten.
Anak akan menguji dan melihatan konsisten kita. Jangan kasih kesempatan mak! Di masa awal anak akan lebih sering merengek minta gadget. Dan jangan menciptakan peluang bagi anak untuk kembali bersentuhan dengan gadget. Misal, saat makan di mall agar anak anteng biasanya kita memberikan gadget. Atau saat ingin bicara serius dengan suami kita mengijinkan anak mengakses video. Stop ! jangan lakukan mak. Jika hal ini terjadi maka anak akan tantrum lebih parah saat kita kembali tidak memberikan gadget.
- 3. Waspadai waktu-waktu rawan gadget
Anak saya biasa menjelang tidur akan meminta tab, menonton dulu sebelum akhirnya mengantuk. Kadang sudah mengantuk pun akan ditahan agar tetap lanjut menonton. Nah ganti dengan baca buku atau mendongeng. Terserah yang mana yang dikuasai. Kalau saya baca buku kisah nabi. Paling seneng kisah nabi Daud yang berhasil menumbangkan Jalut hanya dengan ketapel. Ingat ya mak, bacanya gak boleh datar. Intonasi harus naik turun. Heboh ! dan tiru suara saat adegan berlangsung. Jika marah, ya intonasi marah. Jika tumbang ya kita tambah suara tumbang seperti “Bruk!” dll.
- 4. Jangan kebanyakan dilarang
Mak, jangan selalu dilarang anaknya. Ijinkan ! rumah berantakan ya resiko. Tapi akan berbuah manis dengan meningkatnya kecerdasan anak. Kebanyakan larangan juga menumbuhkan anak yang penakut. Jadi ijinkan dan temani bereksplorasi. Ngajak main batu kerikil ya temani, sambil bawa truk mainannya. Minta keliling komplek sambil larian ? ya temani. Sesekali perkenalkan daun, bunga dan hewan yang dijumpai. Capek ? sudah pasti. Tapi ini sebentar aja kok mak masanya. Akan tiba masanya ia bisa mengerjakan proyek bahkan tanpa meminta bantuan kita.
- 5. Libatkan anak
Salah satu alasan orang tua memberikan gadget ke anak adalah AGAR ANAK DIAM. Jadi ibunya bisa leluasa bekerja seperti memasak, atau beberes. Padahal, anak dilibatkan justru senang. Saat memasak, ajak anak masak juga. Sediakan perlengkapan memasak untuk anak. Anak saya memiliki ulekan cabe dari kayu, pisau dari plastic bahkan telenan sendiri. Jadi saat mengulek bumbu, anak bisa ikutan mengulek. Pasti tanpa bahan bumbu yang berbahaya ya mak seperti cabai atau bawang merah yang pedas. Biasanya saya akan kasih garam dan daun-daun yang tidak terpakai. Khalid paling seneng ikutan mencuci beras dan memecahkan telor. Saat mencuci beras ia takjub airnya berubah putih.
- 6. Jeli melihat peluang “waktu”
Saya selalu mengusahakan rumah rapi saat ayahnya pulang bekerja. Syukurny Khalid itu suka sekali main air saat mandi. Jadi sebelum saya mandiin, biasanya dia akan bermain dengan aneka mainannya. Sambil berdialog sendiri dan memandikan mainannya. Waktu ini lumayan panjang. Saya bisa beresin kamar, nyuci piring dan nyapu. Kadang dia akan segera mencari saya saat menoleh kebelakang saya tidak ada. Maka saya akan kembali menemaninya beberapa saat kemudian kembali bekerja. Tapi beberes ini lebih senang saya lakukan saat ayahnya masih dirumah. Lebih leluasa.
7. Tentukan prioritas
Tentu, menemani anak bermain adalah prioritas saya. Tapi ada masanya saya stress saat rumah berantakan, perut lapar belum masak, cucian menumpuk dan lantai kotor. Hal begini memicu stress dan emosi. Jangan mak. Segera ambil napas dan tentukan prioritas. Jika ingin memasak lupakan tentang hal lain. Focus memasak. Begitupun jika ingin menyapu, lupakan hal lain dan segera order makanan online. Jangan lapar. Mamak galak saat lapar. Hahaha. Jika tak bisa dikerjakan semua ya tetap tenang. Tunggu suami pulang dan over anak kesuami. Jadi kita bisa leluasa beberes tanpa kebut-kebutan dengan emosi. Maksudnya nyampe duluan mana ? emosi atau beberesnya. Saya sih, emosi dulu lebih seringnya. Hihihih.
8. Manajemen waktu.
Duh mak, sebenernya kita banyak berleha-leha dan membuang waktu. Saya punya teman, jam 3 pagi sudah bangun dan beberes rumah. Jam 6 pagi kondisi rumah sudah rapi. Ada pula teman saya yang hobi bangun jam 1 malam karena habis isya sudah tidur. Subuh pun makanan sudah siap. Padahal kedua mamak ini adalah IRT. Tapi demi membersamai anaknya dan memiliki “me time” ia rela bangun saat yang lain terlelap. Kalau sudah melihat dan berinteraksi dengan teman jenis ini, mengeluh pun malu ya. Padahal aktifitasnya seabrek dan tanpa ART.
Semoga bermanfaat ya mak. Saya pun sedang belajar. Jika memiliki tips yang lebih seru, jangan lupa sharing.
Ah keren... salut sama mamak mamak yang bisa bangun dinihari, aku mana bisa... hihihi..
ReplyDeleteSaya pun blm sanggup mba.
Deletehehehe
terima kasih mb sudah berkunjung..
wah mantap ya kak......
ReplyDelete