Monday, October 30, 2017

Menyapih tanpa Membohongi

Saat Khalid menuju 2 tahun, saya deg-degan. Bagaimana cara menyapih Khalid dengan mulus. Saya berharap banget rewelnya cuma 3 hari maksimal, tanpa drama dan langsung tidur nyenyak ! merdeka !
Tapi rasanya hal ini nyaris mustahil. Menjelang 2 tahun kurang 1 minggu Khalid masih semangat ngASI. Setiap melihat ibuknya tiduran, duduk, dan masuk kamar langsung merengek minta asi. Atau membuka baju ibunya dan langsung ASI. Nangis, galau sedih dan marah bagi Khalid obatnya hanya ASI. Kadang terasa pedih, lecet dan sakit saat Khalid asyik nenen hampir 1 jam. Belum lagi saat ritual menarik payudara dari mulutnya, Ya Alloh takut maak. Karena kalau kaget biasanya spontan mempertahankan asi dan kegigit itu barang. Nyess ! lecet dan berdarah itu teman jihad hari-hari mak.

Menjelang 2 tahun kurang 3 hari saya mulai mempersiapkan diri. Sebagaimana yang saya baca, menyapih itu banyak jenisnya. Ada menyapih dengan Cinta atau Weaning With Love (WWL), bahkan ada Weaning With Qur’an. Sayabaca dan cari tahu. Berbagai metode dalam menyapih.
Akhirnya tibalah masa Khalid. Kami percaya, masa yang tepat untuk menyapih adalah 2 tahun. Sesuai dengan yang tertera dalam quran. Dan kami pun bertekad untuk menyapih Khalid.

1. Ibu harus siap
Menyapih bukan perkara mudah. Ada sebagian ibu yang merasa berat melepas “kemesraan” ini. Bahkan ada yang merasa nanti tidak dibutuhkan lagi oleh anak atau anak tidak ingin dekat-dekat dengan ibunya selepas masa Asi berakhir. Ternyata anggapan ini keliru, sampai sekarang usia Khalid 2th 4 bulan setiap tidur harus menempel dulu dengan saya. Sekedar memeluk atau minta di elus-elus. Kadang saya tidur sampai mepet tembok karena dipepet terus sama Khalid. Hahaha

2. Sounding sejak jauh-jauh hari.
Ada sebagian yang mengatakan waktu yang tepat berbicara dan memasukkan sugesti positif bagi anak adalah menjelang ia terlelap. Jadi sambil menyusui, sambil membelai anak kita masukkan kata-kata pamungkas. Katakan anak sudah besar, tidak butuh minum dari ibunya. Sudah bisa minum pakai gelas. Katakan sejujur mungkin dan tidak ada mengandung unsur kebohongan. Karena alasan ini yang akan kita pakai saat anak tantrum minta asi.

3. Tawarkan dan Puji anak saat minum menggunakan gelas
Adakalanya anak sering minta minum menggunakan gelas. Jangan lewatkan momen ini mak. Pujilah dan beritahu bahwa itu salah satu perilaku positif dan menandakan kemampuannya bertambah. Meminum digelas itu menyenangkan. Jangan lupa siapkan gelas lucu kesukaan anak untuk menambah motivasi minum menggunakan gelas.

4. Jangan perkenalkan Dot
Saya adalah ibu yang sepakat bahwa selepas anak ASI maka Ia tidak butuh dot. Butuhnya gelas. Saat kita ingin mengajari anak untuk mandiri, jangan tawarkan bantuan yang justru mengikis kemandiriannya. Dot akan menimbulkan masalah baru. Dan perlu sapih versi dua saat ingin melepas dot. Jadi cukup bagi kita merasakan menyapih versi Asi jangan tambahi dengan meyapih kembali dengan dot. Jika ingin minum ya pakai gelas. Jika ingin susu ya pakai gelas. Bisa diakali dengan gelas yang ada sedotannya. Dan diminum menjelang ingin tidur. Jika ingin susu UHT kotak ya berikan beserta kotaknya jangan dituang ke dot. Pake sedotan. Maka anak akan paham jika ia harus segera menghabiskan susunya jika ingin tidur.

5. Kenakan pakaian sempurna
Maksud saya ini adalah untuk ibunya. Saat ingin melepas Asi maka kita harus menutup akses menuju ke ASI. Khalid saat tantrum bisa nekat menarik baju saya dan merogoh kedalam. Dan ini bisa koyak. Tergantung seberapa kuat tarikan anak.

6. Konsisten
Sekali bilang tidak maka katakan tidak. Walau anak menangis, mengguling marah teriak sampai serak kita harus kuat ya mak. Kita tidak sedang menghukum atau menganiaya anak. Tapi inilah tahapan yang harus dilalui anak. Sama-sama belajar kuat. Sang ibu belajar menguatkan hati melihat jeritan anak. Si anak belajar kuat tanpa nenen. Tak perlu membuka payudara kemudian memberikan olesan macam-macam. Dari obat, jeruk nipis atau lipstik merah. Menurut saya memberikan sesuatu pada payudara tidak akan memahamkan anak. Dan alasan ini rapuh. Pernah mencoba memberikan coklat ke payudara dengan harapan Khalid jijik. Tapi ini tidak dalam rangka menyapih. Saya iseng saja ingin melihat reaksinya. Dan yang dilakukan Khalid adalah mengambil tisu dan membersihkannya. Beres ! dan di sedot lagi. Makanya saya tidak menggunakan trik ini. Bagi saya Khalid lebih manjur saat saya mengutarakan dengan jelas alasan mengapa ia dilarang. Walau selalu di iringi dengan tangisan tapi anak paham. Ya namanya anak-anak, belum puas kalau belum menangis. Hehhe

7. Jaga jarak dengan anak
Kehadiran ayah saat momen menyapih ini perlu. Maka pastikan ayah hadir membersamai saat melewati proses ini. Jika perlu cuti. Hari pertama Khalid disapih ia menangis dari waktu tidur jam 8 malam sampai jam 12 malam. Dan menangis kembali jam 4 subuh hingga jam 6 pagi. Begitu selama dua malam berturut-turut. Ayah bisa mengambil peran dengan menimang, menenangkan. Karena jika ibu yang menggendong maka anak semakin tantrum. Suara Khalid sampai serak karena selama 3 hari nangis setiap mengantuk. Malam ketiga mulai mereda. Nangis sebentar menjelang tidur dan Khalid tertidur hingga pagi tanpa bangun. Nikmat !

8. Perbanyak aktifitas fisik.
Saat menyapih jangan beri anak gadget untuk pengalihan. Ajak main. Lompat, lari kalau perlu mengguling. Jadi saat malam tiba atau menjelang waktu tidurnya lebih besar rasa capek dan mengantuk dibanding hasrat ingin nenen. Saya melakukan kesalahan dengan memberi Khalid Gadget setiap menjelang tidur agar lupa pada nenen. Tapi hasilnya jadwal tidur anak berantakan bahkan bangunnya jadi siang banget. Saat ayahnya berangkat kerja malah belum bangun. Pas bangun tantrum nyariin ayahnya.

9. Jangan biarkan lapar
Saat menyapih, berarti ada jenis makanan kesukaan anak yang akan di hentikan. Anak tidak lagi bisa kenyang hanya dengan minum ASI. Jadi ibu harus menyiapkan aneka cemilan dan rajin menawarkan makan pada anak. Khalid makannya jadi banyak setelah stop Asi. Sediakan minum yang mudah dijangkau anak dan jangan lupa sesekali ingatkan untuk minum. Karena kalau lapar dan haus bisa membuat anak trantum dahsyat. Kalau lapar mamak aja galak, apalagi anak. wkwkwkwkkw

10. Berdoa
Momen ini memang tidak mudah mak. Kadang menguras energi dan derai air mata. Tapi yakinlah, ini adalah proses alamiah yang harus dilalui anak. Banyak berdoa agar dikuatkan melalui proses ini.


Khalid sudah 4 bulan resmi stop ASI. Bonusnya kalau malam tidak pernah bangun lagi. Ia tidur nyenyak hingga pagi. Makan banyak. Minum susu banyak dan yang paling seneng berat badannya naik walau sedikit. Hal yang sulit terjadi saat masih ASI. Baiklah, selamat Menyapih dengan gembira mak. Tetap gembira apapun kondisinya. Mamak gembira, anak terjaga. Hahaha.
Share:

7 comments:

  1. Kalo Ayyis akhirnya bisa nggak ASI dengan cara dikipasi a la kayak nyipas sate, Des. Jadi kena angin kenceng, ngantuknya makin cepet deh. Trus sempet sama juga kayak Khalid, sambil liat hp. Dan kasusnya sama, seringnya malah ngantuknya jadi ilang tuh anak.
    Btw, ni udah bisa nih ubah setting komennya. Hihihi, saya belum bisa buka netbook juga sampe sekarang. Maafkeun...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Khalid pernah tidur jam 11 malam gara-gara tab bu. jadi gk bisa dilanjutkan layanan gadget untuk Khalid. wkwkkw.
      udah berubah ya bu ? perasaan gk saya otak-atik. apa di setting sm bang taufik ya ? maklum bu. saya gaptek. merubah template aja gagal. hahahahhak

      Delete
  2. Sebelum 2 tahun, ada tambah susu lain ga des? Formula atau uht gitu, Atau murni asi aja sampe di sapih?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Murni ASI kak. Gk pake tambahan apapun. Sesekali minta susu kotak. Tp itu kyk jajan aja. Gk rutin. Skrg ada susu formula. Tp cm buat makan sereal. Khalid gk ketergantungan susu. Klo ada mau, gk ada ya gpp. Alhamdulillah.

      Delete
  3. semoga fiza pas disapih gak merengek ,,, karena kalau mau tidur pasti ASI bisa 1 jam an baru pules

    ReplyDelete
  4. Terima kasih sharingnya mba. Menuju anak 2 tahun juga nih, mencoba mengurangi frekuensi pelan-pelan. Itu aja berat ya anak pakai tantrum huhuhu

    ReplyDelete