Wednesday, August 5, 2015

Khalid Al Walid namanya

Khalid dan Ibu

  
40 minggu lebih 4 hari usia kandunganku. Belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan. Ramadhan kali ini aku berjuang agar dapat segera menimang anakku. Jalan kaki hingga telapak kali kebas, senam jongkok, ngepel jongkok, naik turun tangga, duduk dengan pose yoga, rutin nungging banyak hal yang telah aku lakukan untuk memancing kontraksi. Tapi nyatanya turun kepanggul saja belum. Risau, teman-teman yang seusia kandungannya sama denganku sudah pada lahiran.

"Setiap anak memiliki waktunya sendiri. Jangan kepancing untuk menyama-nyamakan anak dengan anak yang laen. Setiap anak istimewa. Kalau seperti ini. Kamu berpotensi untuk memaksa anak untuk mengikuti kemauan kamu bukan karena potensinya mereka"

Nasehat suami saat uring-uringan setelah menjenguk teman yang lahiran.
Hari senin, tanggal 6 juli kembali kontrol. Kali ini kami memutuskan untuk mengganti lagi dokternya. Dokter sebelumnya ganti karena memvonis tidak bisa lahiran normal, panggul sempit. Vonis dokter ini didapat saat usia kandungan 36 minggu. Bertekad kuat untuk lahiran normal. Alhasil gonta-ganti dokter dan berakhir di dokter Zulfikar.

Saat itu dokter menunjukkan hasil layar mesin USG bahwa sekeliling ari-ari sudah memutih. Indikasi bahwa bayi harus segera dikeluarkan. Bahagia ! Pernyataan dokter ini membuat aku semangat. Ini artinya harus di induksi. Segala persiapan dilakukan. Suami segera mengurus kamar dan administrasi lainnya. Sedangkan saya duduk anteng di depan ruang praktek dokter. Yes ! Akhirnya segera bertemu anak sendiri, batin saya. Kala itu saya tidak paham tentang induksi. Bagaimana rasa sakit yang akan saya hadapi. Saat browsing dan bertemu dengan pasien yang mengalami induksi juga. Barulah saya tau apa yang segera akan saya hadapi.

Induksi lebih sakit dari proses normal !

Tapi ini cara yang harus ditempuh agar segera menimang buah hati. Setengah 4 sore induksi dilakukan. Setelah mengalami proses "cek bukaan" (hanya ibu-ibu hamil yang akan melahirkanlah yang paham "dahsyat"nya cek bukaan) berkali-kali akhirnya sekitar jam 7an malam induksi mulai bereaksi. Alat pendeteksi jantung bayi dan tingkat kontraksi dipasang. Sekitar 1jam rasanya alat itu dipasang. Dan saya merasakan sesuatu yang meletus dari bawah dan ternyata itu pecah ketuban. Hasil alatnya menyatakan bahwa jantung bayi melemah setiap ibunya kontraksi dan ketuban berwarna hijau. Caesar ! Harus caesar untuk menyelamatkan bayinya.

Astaghfirullah.

Meleleh air mata. Dengan anggukan pasrah menyetujui proses lahiran caesar. Terbayang proses operasi pemasangan selang di ginjal kembali teringat. Tapi ini rasanya lebih menakutkan. Saat disuntik bius dibagian tulang belakang. Sudah tidak terasa lagi sakitnya. Yang saya rasakan hanya kontraksi. Bagian perut kebawah sungguh gak karuan rasanya.
Pasrah. Ikhlas. Diam. Menggigil. Gelisah. Tak menentu pikiran.

Sekitar 30 menit kemudian terdengar tangisan bayi. Khalid Al Walid lahir dimenit 38 dari jam 10 malam. Dengan berat 3000gram dan panjang 47. Jam 11 malam suami dipanggil dan diperlihatkan anak kami. Suami mengadzankan dan iqamot. Ia lahir dengan ditungguin kakek neneknya secara lengkap.

Malam belum berakhir. Aku belum bisa bertemu Khalid hingga besok malam. Ia harus di observasi. Cek darah dan jantung serta di sedot khawatir meminum cairan ketuban. Oh Anakku..
Ketika terbangun. Aku sering merengek dan menangis pada suami. Berharap di ijinkan bertemu anakku.

Tanggal 7, pada setelah maghrib. Aku bisa melihat wajah anakku untuk pertama kali.
Bahagia !
Alhamdulillah. Allahu Akbar.
Share:

0 comments:

Post a Comment