![]() |
Cloud Forest Garden by the Bay |
Akhir tahun lalu 2016, keinginan kami untuk berlibur bertiga akhirnya tercapai. Dipilihlah Singapura yang menjadi destinasi kami. Alasannya, transportasi publiknya nyaman untuk anak 2 tahun dan dekat dengan Batam tempat kami tinggal. 45 menit saja sudah sampai di Singapura menggunakan kapal Feri.
Kami sengaja memilih momen tahun baru untuk liburan kali ini. Anak kami, Khalid sangat menyukai kembang api. Berbagai persiapan pun sudah saya lakukan. Pakaian nyaman untuk Khalid, cemilan saat di kapal, mainan dan tentu saja berbagai wahana bermain dan hotel sudah saya booking.
Pukul 05.00 WIB kami sudah meninggalkan rumah menuju Pelabuhan Feri Batam Centre. Kami berniat berangkat menggunakan kapal feri yang pertama, yakni pukul 06.00 WIB. Agar bisa tiba di Singapura saat masih pagi dan kami bisa sarapan di Vivocity.
Saat tiba di pelabuhan, alangkah terkejutnya kami. Antrian mengular panjang. Untuk memasuki imigrasi saja kami butuh 1 jam. Anak rewel karena masih ngantuk. Dan entah kenapa pagi itu saya tidak bisa sarapan apapun. Tiap sarapan langsung mual.
Akhirnya kami berangkat sekitar jam 07.30 WIB, lega kapal berlayar juga. Biasanya kami hanya butuh 45 menit untuk bisa sampai di Singapura. Tapi ini kami terapung-apung di dermaga lumayan lama. Ternyata harus bergantian dengan kapal lain untuk menurunkan penumpang.
Sesampai di imigrasi singapura antrian kembali panjang. Kali ini bahkan lebih panjang dari antrian imigrasi Batam. Perut mual tidak karuan, berkali-kali menahan muntah. Badan panas, kepala sakit dan lemesnya bukan main. Berkali-kali saya terduduk dilantai sambil menunggu jatah cap paspor. Ulu hati nyeri bukan main. Ah, liburan yang menyedihkan.
Akhirnya tibalah giliran kami untuk cap paspor. Anak digendong suami, dan saya mendorong stroller kosong. Hanya mendorong stroller kosong saja rasanya berat. Melirik jam, rupanya sudah jam 10. Aaiih, pantas perut tidak karuan. Magh sudah menyerang rupanya.
Mencoba untuk sarapan, dan memilih bubur. Rupanya tak bisa tertelan. Saya benar-benar sudah lemas. Tanpa malu lagi langsung menaikkan kaki ke kursi sebelah dan saya merebahkan punggung. Posisi tidur sambil memeluk erat anak yang minta ASI. Jadi bahan perhatian, jelas ! mungkin mereka berpikir saya duduk dengan tidak sopan. Tapi pikiran rasional saya sudah hilang. Rasanya ingin segera merebahkan diri dikasur hotel. Akhirnya suami mengajak langsung ke hotel. Suami langsung mencari taksi.
Syukur, saya sudah merencanakan dengan baik perjalanan kami. Hotel sudah saya booking melalui traveloka. Tentu saja harga menjadi alasan utama saat menentukan lokasi hotel. Akhirnya saya memutuskan untuk membooking hotel disekitar Geylaang. Ada rasa cemas saat tiba di hotel. Jarum jam belum tepat mengarah ke jam 11 waktu singapura. Saya memberikan kertas print dari traveloka, menunjukkan kepada resepsionisnya. Saya pun menyiapkan uang jika sewaktu-waktu ada biaya tambahan. Dan berjalan sangat mulus. Pihak hotel langsung memberikan kunci kamar kepada kami tanpa meminta biaya tambahan apapun. Harganya benar-benar sesuai dengan yang tertera di aplikasi traveloka. Oh beruntungnya saya memesan hotel ditraveloka ternyata tidak ada jebakan betmen soal harga. Keberuntungan berikutnya adalah kami langsung diberi kunci kamar. Padahal dikertas booking term and condition nya check in pukul 14.00 waktu singapura. Ternyata jam 11 kami sudah di ijinkan masuk. Kami pun mendapat hotel jenis kamar superior yang cukup nyaman. Disertai bathtub dan tv. Saya tidak kuat lagi menahan hasrat untuk muntah. Akhirnya keluarlah segala makanan yang saya upayakan makan pagi tadi. Ada perasaan nyaman setelahnya. Sakit perut berkurang, mual hilang. Saya mencoba untuk tidur. Pukul 14.00 waktu Singapura saya terbangun dengan kondisi jauh lebih baik. Suhu badan menurun, perut enakan, sakit kepala hilang. Aaah.. senangnya. Langsung sholat dzuhur dan jamak ashar.
Saya tidak bisa membayangkan jika saat itu saya tidak membooking hotel melalui tarveloka. Mungkin saya sudah menyerah dan memilih langsung menuju klinik di imigrasi dengan resiko saya bisa dipulangkan oleh pihak imigrasi Singapura. Duh, jangan sampai ! ditambah lagi saya membawa anak batita. Bepergian tanpa booking hotel itu beresiko besar.
Sebelum memutuskan untuk memesan hotel. Saya terlebih dahulu mencari info aplikasi yang user friendly alias mudah digunakan karena saya gaptek. Tinggal klik dan jadi. Selain itu jadwal kerja suami sering tak terduga. Khawatir jadwal cutinya digeser oleh pihak kantor, jadi saya memilih aplikasi yang bisa di re-schedule tanpa biaya. Jangan sampai hotel hangus karena suami tidak mendapat ijin cuti. Nyesek ! Dan traveloka memiliki kelebihan ini.
Jadi, sebelum berangkat liburan bersama keluarga terlebih memiliki batita baiknya masalah hotel sudah beres. Karena kita tidak tahu bagaimana kondisi dalam perjalanan. Dalam kasus ini, bersyukur yang sakit saya, bagaimana jika anak ? Duh saya tidak bisa membayangkan jika anak yang sakit. Bisa menangis sepanjang waktu dan bikin mood perjalanan drop !
Dan satu lagi rahasia yang ingin saya bongkar. Harga pesan hotel melalui aplikasi sejenis traveloka jauh lebih murah dibanding kita membeli saat on the spot. Melirik ke papan harga, terpasang permalam SGD 105 untuk jenis kamar yang sama yang saya pesan. Sedangkan melalui traveloka saya hanya membayar Rp 675.000 tanpa biaya tambahan apapun. Hemat, murah dan senang.
Saat perjalanan pulang, saya bertemu dengan teman saya. Bertanya dimana posisinya menginap. Dan jawabannya bikin saya melongo “menginap di emperan Marina Bay Sands” saya terbelalak. Katanya tidak mendapat kamar hotel lagi dan kalaupun ada harganya jutaan. Diluar budget hotel yang dia miliki. Saya hanya menarik napas panjang sambil berkata pada suami “untung doi masi single”.
Kami pun memutuskan untuk kembali liburan bulan November ini ke Singapore Zoo. Tempat menginap saya memilih di daerah Bugis. Strategis dan area makan halal banyak. Tentu saja saya sudah booking melalui traveloka. Semoga perjalanan kali ini tidak banyak drama dan kami semua sehat. Aamiin
mbak desy..
ReplyDelete